3 BAHAYA DI BALIK KEBIASAAN MENGGIGIT ES BATU - Rumah Zakat
Rumah Zakat

3 BAHAYA DI BALIK KEBIASAAN MENGGIGIT ES BATU

Oleh Dian Ekawati | 1/11/2021, 11:41:22 PM | Inspirasi

facebook
facebook
facebook
facebook
tiktok
Tak jarang orang menggigit-gigit es batu setelah segelas minuman kopi segarnya habis. Padahal, ini merupakan kebiasaan yang buruk karena dapat merusak gigi. Seorang dokter gigi pendiri laman konsultasi gigi Ask The Dentist, Mark Burhenne, mengatakan, banyak pasien yang datang kepadanya menceritakan tentang kebiasaan buruk tersebut. Meskipun mengetahui itu tidak baik, namun mereka masih senang melakukannya. Mereka menyebutnya hal itu adalah rasa bersalah yang menyenangkan. Padahal, seperti mengunyah makanan keras apa pun, makan es membuat gigi Anda rentan terhadap kerusakan. Meskipun kebiasaan itu menyegarkan, ada tiga alasan utama mengapa pengunyah es harus mempertimbangkan untuk berhenti, seperti yang dilansir laman Insider. 1. Merusak enamel gigi Setiap kali kita mengunyah es, hal itu berisiko merusak atau melemahkan email gigi, yaitu lapisan pelindung yang keras yang melindungi bagian dalam gigi yang halus. "Jika enamel gigi rusak, gigi dan seluruh kebersihan mulut, termasuk gusi, akan rentan dan bahkan rentan terhadap lebih banyak infeksi bakteri dan penyakit," ujar dokter gigi dari Yazdani Family Dentistry, Shahrooz Yazdani. American Dental Association menjelaskan, ketika kita memaksa dua permukaan yang sangat keras beradu, salah satunya akan patah. Sering kali, yang kalah adalah es batu, tetapi kadang-kadang justru gigi yang menanggung beban kerusakan. 2. Email gigi terkelupas Menurut Profesor Kedokteran Gigi di Columbia University Medical Center, John Grbic, DMD, selain melemahnya email gigi, selalu ada kemungkinan gigi patah. "Ini tidak biasa. Setiap pekan kami melihat setidaknya satu pasien yang mengalami patah gigi karena mereka makan biji berondong jagung yang belum mengembang, permen keras, atau es,” jelas dia. 3. Merusak gusi Mengunyah es juga dapat memberi tekanan pada gusi, yang dapat menyebabkan resesi gusi. Resesi gusi dapat terjadi akibat jaringan gusi terkikis akibat faktor genetik, penyakit gusi, atau cedera traumatis, seperti cedera berkepanjangan. Saat gusi surut, maka akar gigi terbuka. Bagian gigi ini lebih sensitif ketika orang mengalami resesi gusi. Ketika gigi menjadi lebih sensitif, orang akan merasa tak nyaman saat mengunyah makanan dingin dan panas. Lalu, bagaimana jika kita masih ingin menikmati sensasi dingin, namun tak berimbas kepada kesehatan gigi kita? Grbic merekomendasikan untuk membiarkan es meleleh di mulut daripada mengunyahnya. Hanya saja, jika yang kita inginkan adalah sensasi mengunyah yang seru di dalam mulut sekaligus segar, kita akan kesulitan menemukan alternatif yang sehat. Sesuatu yang sekeras es akan terlalu keras untuk gigi. Grbic memperingatkan agar tidak meraih permen yang keras sebagai pengganti es. Namun, Burhenne merekomendasikan es serut, yang jauh lebih lembut. Meskipun mengunyah es dalam kapasitas berapa pun dapat membahayakan gigi, es yang dihancurkan dapat meminimalkan kerusakan yang terjadi dibandingkan dengan batu yang lebih besar. American Dental Association menyarankan, sebaiknya kita minum dari sedotan sebagai cara menghindari mengunyah es secara sembarangan. Alternatif lainnya, beralihlah ke minuman dingin tanpa es. Beberapa peneliti telah mengaitkan keinginan mengunyah es dengan anemia defisiensi besi, suatu kondisi yang dapat menyebabkan kelelahan dan kelelahan yang tidak biasa. Teori menyatakan bahwa mengunyah es secara kompulsif membuat orang yang kekurangan zat besi lebih waspada dan terjaga. Namun demikian, hal ini diperlukan lebih banyak penelitian. Ibu hamil memiliki risiko lebih besar terkena anemia, yang dapat menyebabkan keinginan untuk mengunyah es. Sumber: republika.co.id
Selanjutnya