CARA BERDAKWAH DI LINGKUNGAN KELUARGA - Rumah Zakat
Rumah Zakat

CARA BERDAKWAH DI LINGKUNGAN KELUARGA

Oleh Amri Rusdiana | 9/11/2023, 9:09:31 AM | Artikel

facebook
facebook
facebook
facebook
tiktok


Oleh: Ustaz Kardita Kintabuwana, Lc., M.A.

Sobat Zakat yang dirahmati Allah, berdakwah dan mengajak orang lain kepada jalan Allah merupakan ajaran inti agama Islam. Terutama mengajak dan mendakwahi orang-orang terdekat kita yang memiliki hubungan nasab dan darah, seperti keluarga dan kerabat. Sebagaimana Rasulullah SAW diperintahkan oleh Allah SWT untuk mendakwahi keluarga dan kerabat terdekat beliau sebelum mengajak orang lain. Firman Allah: “Dan berilah peringatan kepada kerabat- kerabatmu yang terdekat.” (QS. Al-Syuara’: 214). Bahkan dakwah di lingkungan keluarga merupakan prioritas yang harus dilakukan oleh setiap Muslim.

Di dalam berdakwah dan mengajak orang lain kepada kebaikan, Islam tidak hanya memperhatikan mengenai substansi dan isi dari apa yang disampaikan, akan tetapi cara penyampaiannya (uslub dakwah) juga menjadi sesuatu yang sangat penting dalam rangka keberhasilan dakwah. Firman Allah: “Maka disebabkan rahmat dari Allahlah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu...” (QS. Ali Imran: 159).

Banyak cara yang bisa kita lakukan dalam berdakwah di lingkungan keluarga yang terkesan tidak menggurui, karena bukan kita yang secara langsung menyampaikan dakwah atau nasihat tersebut. Apalagi kalau dirasakan bahwa ilmu keislaman yang kita miliki masih sedikit dan dangkal. Misalnya, dengan memberikan hadiah baik berupa buku dan majalah keislaman, dll. Atau film-film islami yang berbentuk VCD atau kaset ceramah dari para dai kondang, dll. Bisa juga mengajak mereka ke majelis taklim dan berbagai pengajian.

Khususnya ketika kita berinteraksi atau berdakwah kepada kedua orangtua kita, yang mungkin pemahaman mereka tentang agama masih kurang atau bahkan mungkin mereka berbeda keyakinan dengan kita. Maka yang harus betul-betul kita perhatikan adalah agar senantiasa bersikap dengan baik dan sopan. Bahkan kalau sekalipun mereka memaksa kita kepada hal-hal buruk yang bertentangan dengan ajaran agama, maka hendaklah menolaknya dengan cara yang baik dan lemah lembut sebagaimana firman Allah SWT: “Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik...” (QS. Luqman: 15).

Berhati-hatilah agar kita tidak jatuh kepada dosa besar, yaitu mendurhakai kedua orangtua kita dengan cara berkata kasar, membentak atau memaki-maki. Karena itu semua akan menyebabkan Allah murka dan kita jauh dari rahmat-Nya. Rasulullah SAW bersabda: “Maukah aku beritahukan kepadamu sebesar-besar dosa yang paling besar, tiga kali (beliau ulangi). Sahabat berkata: ‘Baiklah, ya Rasulullah’. Nabi SAW kemudian berkata: “Menyekutukan Allah, durhaka kepada kedua orang tua, saksi palsu, dan perkataan bohong.”

Namun perlu kita perhatikan, durhaka atau tidaknya seorang anak tetaplah harus dipandang dari kacamata syariat, karena ketaatan pada orangtua tidak bersifat mutlak sebagaimana ketaatan pada Allah dan Rasul-Nya. Rasulullah SAW pernah bersabda:

“Tidak ada ketaatan kepada makhluk dengan bermaksiat kepada Allah.” (HR. Ahmad). Seorang anak tidak dianggap durhaka jika menolak sesuatu yang diperintahkan orang tua yang melanggar syariat agama, misalnya orangtua memerintahkan anak memakai jimat, atau orangtua menyuruh ngalap berkah di kuburan, dll. Maka, saat sang anak menolak hal tersebut tidaklah dikatakan durhaka. Seorang anak tidak dianggap durhaka ketika orangtuanya melarang sang anak menjalankan syariat Islam, misalnya melarang anaknya shalat berjamaah, memakai jilbab, berjenggot, menuntut ilmu, dll.

Seorang anak tidak dianggap durhaka jika menasihati orangtuanya yang melakukan maksiat dan melanggar ketentuan syariat dengan penuh kelembutan dan kasih sayang, meskipun orangtuanya murka dan sakit hati. Bahkan ini termasuk bakti kepada orangtua karena mencegah mereka dari perbuatan haram. Karena keridhaan kita kepada kemungkaran yang dilakukan orangtua kita itulah sebenarnya yang menyebabkan kemurkaan Allah SWT, sabda Rasulullah SAW, “Siapa yang membuat Allah murka karena ingin memperoleh ridha manusia, maka Allah akan murka padanya dan Allah menjadikan orang yang ingin ia peroleh ridhanya dengan membuat Allah murka itu akan murka padanya. Dan siapa yang membuat Allah ridha sekalipun manusia murka padanya, maka Allah akan ridha padanya dan Allah menjadikan orang yang memurkainya dalam meraih ridha Allah itu akan Ridha pula padanya, sampai-sampai Allah akan menghiasi si hamba dan menghiasi ucapan dan amalannya di mata orang yang semula murka tersebut.” (HR. Thabrani)

Sahabat Zakat yang budiman, semoga apa yang dijelaskan ini bisa bermanfaat bagi kita semua. Wallahu a’lam bishawwab.


Selanjutnya