MENJAGA SEMANGAT RAMADHAN DI 11 BULAN BERIKUTNYA - Rumah Zakat
Rumah Zakat

MENJAGA SEMANGAT RAMADHAN DI 11 BULAN BERIKUTNYA

Oleh Dian Ekawati | 5/12/2022, 6:35:22 AM | Inspirasi

facebook
facebook
facebook
facebook
tiktok

Sahabat Zakat, salah satu bukti kesuksesan seorang hamba saat Ramadhan adalah dengan tetap istiqamah beribadah setelahnya. Menurut Ustaz Kardita, Dewan Pengawas Syariah Rumah Zakat, kita tidak diperintahkan untuk menjadi 'Ramadhaniyyun' yaitu orang-orang yang hanya beribadah pada saat Bulan Ramadhan saja. Namun, Allah memerintahkan umatnya untuk menjadi 'Rabbaniyyun' yaitu orang-orang yang senang beribadah kepada Allah setiap saat dan setiap waktu.

Meskipun istiqamah merupakan perkara yang sukar dan berat, namun ia merupakan keniscayaan bagi mereka yang mengharapkan kebahagiaan di dunia maupun di akhirat. Allah akan memberikan ganjaran yang besar bagi mereka yang istiqamah di jalannya, sebagaimana dijelaskan dalam surat Fushilat ayat 30:

“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, ‘Tuhan kami adalah Allah’, kemudian mereka istiqomah maka para malaikat akan turun kepada mereka (dengan berkata), ‘Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu bersedih hati, dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan kepadamu’”.

Lalu, bagaimana agar kita bisa istiqamah beribadah di 11 bulan lainnya?

Pertama, “Fastaqim kamaa umirta”

Istiqamah merupakan sebuah perintah dari Rabb Yang Maha Agung yang harus dilaksanakan. Keyakinan dan keimanan kita menyatakan bahwa Allah adalah satu-satunya pembuat syariat yang harus dipatuhi dan ditaati. Dalam setiap syariat dan ibadah yang Allah tetapkan mengandung banyak kebaikan dan kemaslahatan bagi hamba-hamba-Nya. Allah tidak hanya memerintahkan kita melaksanakan ibadah dan syariat-Nya pada momen-momen tertentu saja, tapi dalam setiap saat dan setiap waktu sampai kita kembali keharibaan-Nya.

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dijelaskan bahwa seseorang yang beramal dengan amalan ahli surga sampai antara dia dan surga tinggal sehasta saja lalu di akhir hayatnya dia melakukan amalan ahli neraka kemudian dia masuk ke dalam neraka. Oleh karena itu, cara pertama adalah memaksakan diri kita untuk melaksanakan apa yang diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya melalui ibadah-ibadah yang disyariatkan, baik yang fardhu maupun yang sunnah, karena kita yakin hal itu akan memberikan kebaikan dan kemaslahatan bagi diri kita.

Kedua, “Wa man taaba ma’aka”

Tentu saja lingkungan sangat berperan untuk menjaga agar kita tetap istiqamah menjalankan berbagai macam ibadah. Lingkungan yang kondusif yang terdiri dari orang-orang saleh (bertaubat) yang menginginkan perbaikan akan membantu kita selalu bersemangat meningkatkan ibadah-ibadah kita. Bahkan memacu dan memotivasi kita untuk saling berlomba menuju kebaikan ‘fastabiqul khairat”. Keinginan agar selalu disatukan dan dikumpulkan sampai ke surga merupakan tujuan dan cita-cita bersama yang sangat didambakan. Oleh karena itu, cara kedua adalah cari dan berkumpul dalam lingkungan dan komunitas yang bisa menjaga kontinyuitas ibadah kita.

Ketiga, “Wa laa tathgau”

Allah swt sangat mencintai hamba-hamba-Nya yang beribadah dan beramal sholeh yang berkelanjutan meskipun sedikit sebagaimana dijelaskan dalam hadits Imam Muslim. Sedangkan amalan dan ibadah yang berlebih-lebihan sangat tidak disukai karena akan menjerumuskan pelakunya ke dalam kebinasaan. Rasulullah saw bersabda: “Jauhilah oleh kalian sikap berlebih-lebihan (ghuluw) dalam beragama karena hal itu telah membinasakan orang-orang sebelum kalian” (HR. Nasa’i dan Ibnu Majah). Sikap ekstrim dalam beribadah seringkali membuat seseorang merasa bosan dan malas, yang pada akhirnya menyeret pelakunya kepada ‘futur’ (enggan melakukan ibadah). Oleh karena itu, cara ketiga adalah lakukanlah ibadah secara bertahap sedikit demi sedikit jangan terlalu berlebihan disesuaikan dengan kemampuan kita dan lakukan secara berkesinambungan.

Keempat, “Innahu bimaa ta’maluuna bashiir”

Merasakan kehadiran Allah swt dalam seluruh kehidupan kita. Kita merasakan Allah swt senantiasa mengawasi apa yang kita lakukan, kapanpun dan dimanapun, baik sendirian maupun di keramaian. Inilah yang disebut dengan ‘Ihsan dalam beribadah’ yaitu kita beribadah kepada Allah seolah-olah kita melihat-Nya, jikalau kita tidak melihat-Nya maka sesungguhnya Dia melihat kita.

Seorang ulama Imam Hasan Al-Basri pernah ditanya, apa rahasia keistiqomahanmu? Maka beliau menjawab diantaranya: “Aku yakin bahwa aku tidak pernah luput dari pengawasan Allah swt, maka aku malu kepada-Nya (jika tidak melaksanakan perintah-Nya dan bermaksiat kepada-Nya)”. Oleh karena itu, cara keempat adalah rasakan pengawasan Allah swt dalam setiap gerak langkah kita untuk menjaga kualitas dan kuantitas amal ibadah kita.

Sahabat Zakat, semoga amal ibadah kita senantiasa terjaga dalam setiap momen dan kesempatan, terus berkesinambungan sampai kita menghadap Allah.


Selanjutnya