KENAPA ORANG SEHAT BISA MENDADAK TERKENA SERANGAN JANTUNG? - Rumah Zakat
Rumah Zakat

KENAPA ORANG SEHAT BISA MENDADAK TERKENA SERANGAN JANTUNG?

Oleh Dian Ekawati | 10/7/2021, 6:28:24 AM | Inspirasi

facebook
facebook
facebook
facebook
tiktok
Belum lama ada teman sedang bersepeda ke daerah Pangalengan yang jalannya naik turun dari Bandung dan saat sudah sampai di tempat ketinggian baru saja istirahat tiba-tiba yang bersangkutan mengeluh sesak dan nyeri dada bahkan terus tidak sadarkan diri. Segera dibawa ke rumah sakit terdekat namun akhirnya tidak tertolong, tiba di rumah sakit dinyatakan sudah meninggal. Padahal yang bersangkutan usianya masih relatif muda, sekitar 40 tahunan. Beliau juga dikenal senang berolah raga, tampak sehat dan bugar dalam kesehariannya. Cerita yang sama cukup banyak terdengar di tempat lain bahkan cenderung meningkat sehingga menjadi pertanyaan besar bagi masyarakat mengapa hal itu bisa terjadi. Dan untuk mudahnya menyebut kejadian serang jantung ini dengan istilah terkena serangan angin duduk dengan persepsi penyakit misterius yang dapat terjadi pada siapa saja. Untuk memahami hal di atas kita mulai dengan mengenal terlebih dahulu fungsi jantung yang utama, yaitu memompa darah ke seluruh tubuh melalui beberapa jenis pembuluh darah. Bertugas membawa nutrisi yang kaya oksigen yang dibutuhkan oleh organ-organ tubuh, sekaligus mengangkut zat-zat sisa. Yang unik adalah di antara pembuluh darah tersebut terdapat pembuluh kecil yang dikenal sebagai arteri koroneria karena justru nadi kecil ini fungsi pentingnya adalah mendarahi dan memberi nutrisi pada jantungnya sendiri. Bila arteri ini tersumbat atau menyempit, aliran darah ke jantung bisa turun secara signifikan atau berhenti sama sekali. Hal tersebut bisa menyebabkan serangan jantung yang menimbulkan gejala-gejala yang diawali dengan rasa tidak nyaman di dada, berlanjut menjadi nyeri dada diikuti detak jantung tidak teratur, sesak nafas, pusing, badan lemas, dan dapat kehilangan kesadaran secara tiba-tiba, bahkan dapat menyebabkan kematian. Selanjutnya, penting kita mengetahui faktorfaktor apa yang mungkin memicu serangan jantung tersebut, antara lain:
  1. Penyebab kebanyakan serangan jantung adalah penyakit jantung koroner yang membuat terjadinya penumpukan plak terbentuk di arteri. Kemudian pada suatu saat karena sesuatu penyebab plak ini akan robek dan terlepas dan dalam ukuran yang cukup bisa mengakibatkan sumbatan, sehingga oksigen tidak dapat mencapai otot jantung sehingga jantung dapat mati bila dibiarkan lama tanpa oksigen.
  2. Spasme atau penyempitan pada arteri koroner juga dapat menyebabkan tersumbatnya aliran darah sehingga otot jantung kekurangan oksigen. Hal ini juga dapat terjadi karena penyalahgunaan NAPZA karena dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah koroner.
  3. Terjadi kekurangan oksigen dalam darah akibat keracunan karbon monoksida atau kerusakan fungsi paru-paru sehingga otot jantung akan kekurangan oksigen juga.
Di samping itu, karakteristik orang-orang yang beresiko terkena serangan jantung tersebut adalah orang-orang yang memiliki pola hidup tidak yang sehat, kerja berlebihan, kurang istirahat, begadang, merokok, minum kopi berlebihan, dan olahraga ekstrim melebihi kapasitas tubuhnya. Selain itu, memiliki tekanan darah tinggi, hal tersebut akan merusak arteri dan mempercepat penumpukan plak. Lalu, mempunyai penyakit dasar penyakit kencing manis dan tinggi lemak darah yang juga berpengaruh terhadap terbentuknya plak[1]plak dalam pembuluh darah. Risiko serangan jantung meningkat seiring bertambahnya usia, di samping itu, faktor keturunan juga bisa mengakibatkan  serangan jantung. Langkah penting yang harus segera dilakukan adalah melakukan pemeriksaan atau check up secara berkala, sehingga kita paham kondisi tubuh dan dapat segera mengantisipasi bila ada faktor-faktor risiko di atas. Usia 20 tahun sebenarnya harus sudah periksa tekanan darah, lingkar pinggang, cek gula darah, kolesterol, rekam jantung, atau foto ronsen atau pemeriksaan fisik lainnya ke dokter. Itu adalah check up yang dianjurkan dari American Heart Association. Oleh: dr. Budi Setiawan Djamhoer (Direktur Utama Edelweiss Hospital)
Selanjutnya