MENUTUP AIB ORANG LAIN - Rumah Zakat
Rumah Zakat

MENUTUP AIB ORANG LAIN

Oleh Eka Purwitasari | 9/29/2023, 4:49:50 AM | Inspirasi

facebook
facebook
facebook
facebook
tiktok

Manusia memang tidak luput dari dosa. Karena berada di antara fujur atau sifat buruk yang bersemayam di dalam diri dan takwa yang berarti potensi kebaikan dalam diri, maka sebenarnya manusia bisa saja melakukan hal buruk atau baik. Manusia bukanlah malaikat yang selalu taat dan tidak pernah ingkar dari perintah-Nya. Begitu pun manusia juga bukan setan yang selalu ingkar dan tak pernah taat kepada Allah Azza wa Jalla. Namun, manusia diberi kesempatan untuk memilih. Apakah akan memilih jalan fujur atau jalan takwa? Semua kembali kepada pilihan masing-masing. Dan pilihan itulah yang kelak akan dihisab di Yaumil Akhir.

Nah, Sahabat, karena manusia berpotensi condong pada jalan fujur, maka sudah pasti ia akan lebih dekat dengan dosa. Dosa sejatinya adalah efek yang ditimbulkan akibat melanggar aturan Allah Swt. Dan dosa ini sebenarnya adalah aib yang bisa membuat malu pelakunya jika diketahui oleh orang lain. Tentunya kita tidak boleh menganggap sepele dosa meski hanya dosa yang mungkin tampak remeh atau kecil. Di mata Allah Swt., dosa tetaplah dosa. Maka, seharusnya kita harus buru-buru beristigfar dan memohon ampunan jika lalai dan melakukan sebuah dosa.

Baca Juga: Macam-Macam Dosa Besar yang Harus Dijauhi

Anjuran Menutup Aib

Dewasa ini banyak orang yang sengaja mengumbar aib sendiri kepada khalayak ramai. Entah itu melalui media sosial atau langsung di dunia nyata. Aib serta dosa-dosa yang dilakukan ibarat bahan pembicaraan yang menarik. Mereka yang mengumbar aib sendiri sebagai bahan obrolan seakan-akan telah putus urat malunya. Padahal, Allah Swt. sudah menjaga aibnya agar tidak diketahui orang lain. Mirisnya, malah mereka sendiri yang membuka aib.

Rasulullah saw. pernah bersabda bahwa, "Setiap umatku dimaafkan, kecuali orang-orang yang menampak-nampakkan kejahatannya sendiri. Di antara perbuatan menampakkan keburukan sendiri adalah melakukan suatu perbuatan di waktu malam, kemudian di pagi harinya Allah Swt. telah menutupi keburukannya itu, namun ia berkata, 'Hai fulan, aku tadi malam berbuat demikian dan demikian.' Di malam harinya Allah telah menutupi celanya, namun di pagi harinya ia membuka tabir Allah padanya." (H.R. Muttafaq 'Alaih).

Baca Juga: Baca Doa Ini Agar Terhindar dari Sifat Dengki

Tak hanya itu, selain mengumbar aib sendiri, aib orang lain pun seakan menjadi santapan lezat dalam setiap perbincangan. Ya, ghibah adalah wadahnya. Melalui ghibah, aib-aib orang lain pun diumbar dengan begitu seru dan mudah. Mereka lupa bahwa malaikat Atid tengah mencatat amal buruk mereka.

Sahabat, sebenarnya Allah Swt. menyuruh kita untuk menutup aib sendiri dan orang lain. Di dalam hadits sahih riwayat Imam Muslim dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah saw. pernah bersabda bahwa jika kita menutup aib orang lain di dunia, maka kelak Allah Swt. akan menutup aib kita di akhirat.

Ibnu Hurairah pernah berkata para dai untuk menutupi aib orang lain yang bermaksiat dengan sungguh-sungguh. Menurut Ibnu Hurairah, menampakkan aib-aib orang yang bermaksiat di hadapan publik merupakan sebuah cacat serta dosa bagi umat Islam. Padahal, kita disuruh untuk menutupi aib-aib tersebut.

Mengapa Harus Menutupi Aib Sendiri dan Orang Lain?

Tentu karena itu adalah perintah Allah Swt. dan Rasulullah saw. Dalam surah Al-Hujurat ayat 12, Allah Swt. berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati?”

Di ayat tersebut dikatakan bahwa menggunjing orang lain (ghibah) dengan membuka aib-aib seperti halnya memakan saging saudara yang sudah mati. Tentu kita akan sangat jijik jika memakan bangkai. Bila kita membicarakan keburukan orang lain, maka sejatinya kita tengah memakan bangkai. Naudzubillah.

Baca Juga: Cara Mudah Menabung Agar Dapat Berkurban Setiap Tahunnya

Selain itu, alasan lainnya adalah agar aib-aib atau kemaksiatan orang lain tidak menjadi sesuatu hal yang lumrah atau hal yang biasa terjadi. Bayangkan jika aib berzina diumbar-umbar, maka akan terpikir bahwa zina itu adalah hal yang sudah biasa terjadi di masyarakat. Tentu dikhawatirkan akan terjadi normalisasi hal-hal yang buruk. Ini bahayanya.

Sikap Kita Bila Mengetahui Aib Orang Lain

Bilamana kita mengetahui aib orang lain maka sikap kita adalah mengingatkan orang yang bersangkutan. Tugas kita sebagai seorang muslim adalah amal ma’ruf nahi mungkar. Menyeru pada kebaikan dan mencegah pada keburukan. Jika orang lain ketahuan melakukan maksiat, maka kita harus mencegah perbuatan itu terjadi dengan menggunakan tangan kita, lisan kita, dan selemah-lemahnya dengan doa kita.

Jika kita telah menasihatinya, maka jangan umbar aib saudara muslim kita kemana-mana apalagi hanya sebatas untuk bahan obrolan bersama teman. Namun, kita bisa mengungkapkan aib orang lain kepada orang yang tepat apabila mengancam keselamatan diri atau orang lain. Misalnya, kita mengetahui bahwa Si A suka menipu, maka kita berkewajiban memberitahu orang lain agar berhati-hati dengan Si A.


Selanjutnya