Oleh: Muhammad Iqbal
Selalu ada kerinduan untuk berkumpul bersama keluarga tercinta ketika Ramadhan sudah begitu dekat. Namun, semua keinginan itu terkekang karena tahun ini Allah masih memberikan saya kesempatan sekali lagi melaksanakan shaum Ramadhan di negari seribu mimpi, Amerika. Melaksanakan shaum di negara yang bukan mayoritas muslim sangat menantang. Selain waktu yang di tempuh untuk berpuasa selama 16 jam lamanya, Ramadhan tahun ini bertepatan dengan musim panas yang berlangsung Juli – Agustus. Berbicara tentang amalan ibadah Ramadhan di Amerika, kalau tidak ada dorongan dari sendiri, Ramadhan akan terlewat begitu saja.
Apa yang paling dirindukan pada bulan Ramadhan? Sebagian orang akan mengatakan bahwa berkumpul bersama keluarga, shalat tarawih di mesjid bersama teman-teman, buka puasa bersama keluarga, ngabuburit setiap sore, atau bertakbir keliling kota di malam akhir Ramadhan. Semua itu yang selalu menjadi impian para-para musafir yang mencari ilmu di luar negeri ataupun di dalam negeri yang jauh dari keluarga. Nilai dan suasana kebersamaan tidak akan bisa tergantikan dengan bentuk apapun. Mungkin saja, ketika saya pulang nanti, suasana berpuasa di Amerika juga akan menjadi satu kenangan tersendiri.
Menghabiskan Ramadhan pastinya tidak hanya sekadar bisa berkumpul bersama keluarga ataupun menikmati momen. Ada nilai yang lebih penting di dalamnya yaitu bagaimana kita bisa menjadi pribadi suci, ridha, dan selalu ikhas dalam menjalani hidup kedepan. Tanpa itu semua, di mana pun kita berada, sekaya apapun kita, selalu ada yang kosong di hati ini.
Masih teringat Ramadhan tahun lalu, aku berbuka puasa di kelas karena kebanyakan kelasku saat itu malam. Di kelas ada tiga teman Muslim yaitu dari Turki, Arab Saudi dan saya sendiri. Bertiga kami saling memberikan aba-aba kalau saatnya berbuka tiba. Pengalaman yang luar biasa. Alhamdulillah akhir puasa bertepatan dengan liburan semesteran kampus selama satu bulan sehingga shaum saya bisa sedikit khusyuk dengan amalam ibadah.
Waktu sahur biasanya terjadwal sekitar pukul 4.30 sampai 5.00 pagi. Makanan sahur hanya alakadarnya yaitu air putih, roti dan tidak lupa mie instan. Alhamdulillah untuk berbuka saya menyempatkan diri pergi ke mesjid. Mesjid menjadi ramai ketika Ramadhan tiba. Subhanallah, mesjid menjadi sangat unik, karena semua orang Muslim dari berbagai negara berkumpul untuk satu tujuan yaitu berbuka shaum, bersilaturahmi dan memperbanyak ibadah. Menjadi satu kebanggaan tersendiri bisa melihat fenimena ini. Alhamdulillah! Muslim di Amerika, khususnya di mana saya tinggal sekarang, College Station, Texas, kebanyakan dari negara Arab, India, Pakistan, Turki, Malaysia, dan juga Indonesia. Hanya seseorang yang terlihat dari orang Amerika sendiri.
Untuk makanan berbuka di mesjid, setiap harinya ada orang perwakilan negara yang menyumbangkan makanan. Menu ifthar akan selalu berbeda sesuai dengan siapa dan dari negara mana yang menyumbangkan. Kurma, buah dan air putih adalah makanan kecil menu pembuka sebelum shalat Magrib. Makanan besar baru disediakan setelah para jamaah menyelesaikan shalat Magrib. Ada sekitar 10 orang setiap harinya yang membantu membagikan makanan untuk jamaah yang hadir saat itu. Makanan yang dibagikan juga cukup variasai mulai: nasi briyani India, makanan Turki, roti Arab, karing kambing, ayam bakar, semuanya serba Arab dan India dan ada juga makanan pencuci mulut seperti bubur, es krim, buah, dan makanan khas India dan Arab lainnya. Untuk anak kost, bisa makan dan berbuka puasa di mesjid dalam satu bulan gratis merupakan keberkahan yang sangat luar biasa.
Malamnya seperti biasa, melaksanakan shalat tarawih dan Isya. Karena summer siangnya begitu lama maka Isya dimulai sekitar jam 10.00 malam dan dikuti dengan shalat shalat tarawih jam 10.30 malam dengan tidak ada ceramah di antaranya. Dalam satu malam iman bisa berganti-gantian, karena setiap malamnya harus menghabiskan satu juz alquran dan akan genap selesai 30 juz dalam 30 malam. Subhanallah!
Tidak ada takbiran yang beralun-alun menghiasi takbiran di pagi Idul Fitri. Setiap orang dari berbagai negara memakai pakaian adat negara masing-masing membuat suasana begitu indah, berwarna, menyambut hari yang suci yang penuh dengan ampunan Allah. Saat-saat yang paling mengharukan dari rangkaian ibadah puasa Ramadhan adalah ketika malam takbiran tiba. Keinginan untuk bertakbiran bersama keluarga dan teman-teman terobati dengan ditemani takbiran di YouTube sambil menelpon keluarga. Kerinduan terlahir karena kebiasaan. Berkumpul bersama keluarga, mengunjungi saudara, makan makanan bersama, menjadi kebiasaan yang selalu saya carikan. Akhirnya saya menyadari bahwa bukan itu semua yang Allah inginkan. Allah ingin lebih dari kebiasaaan itu semua, kita kembali fitrah saat pagi Idul Fitri dengan menjalani lembaran baru ke depan.