RAMADHAN: IBLIS PUN MINTA PENSIUN DINI

oleh | Agu 19, 2011 | Konsultasi Islami

Oleh: Ponco Sri Ariyanto

Pada suatu kesempatan seorang khatib menyampaikan sebuah dialog imajiner antara Allah SWT dengan Iblis laknatullahalaih. “Dialog ini hanya sebuah imajinasi alias tidak nyata terjadi. Namun, kita bisa mengambil hikmah/ pelajaran dari dialog imajiner ini,” ujar sang Khatib.

Berikut dialog imajiner tersebut:

Iblis : “Ya Allah, aku ingin menghadap-Mu. Ada yang ingin aku sampaikan.”
Allah: “Ada apa wahai iblis? Apa keperluanmu?”
Iblis : “Ya Allah, aku ingin mengajukan pensiun dini”
Allah : “Apa maksudmu?”
Iblis : “Aku ingin mengajukan permohonan pensiun dini dari menggoda manusia dan menjerumuskan mereka dalam kemungkaran dan kemaksiatan serta mengajak mereka sebanyak-banyaknya masuk ke dalam neraka jahannam.”

Allah : “Mengapa kamu mengajukan permohonan pensiun dini sedangkan Aku tidak pernah memerintahmu mengajak manusia dalam kemungkaran dan kemaksiatan? Bukankah hal itu atas permintaanmu sendiri yang Aku kabulkan saat Aku mengusirmu dari Surga karena engkau membangkang terhadap perintah-Ku untuk bersujud kepada Adam?”

Iblis : “Betul Ya Rabb semesta alam, memang itu permintaanku sendiri yang Engkau kabulkan. Namun, aku dan para syaitan pengikutku semakin lama semakin tidak terima dengan sikap dan perilaku sebagian manusia. Kami tidak terima mereka selalu mengkambing-hitamkan kami atas perbuatan-perbuatan kemungkaran dan kemaksiatan mereka. Padahal saat kami tidak menggoda dan mengajak ke dalam kesesatan, sebagian mereka pun berbuat mungkar dan dosa sendiri. Apalagi saat Ramadhan seperti ini, Engkau membelengguku dan syaitan-syatan pengikutku. Namun, tetap saja sebagian banyak manusia tetap berbuat mungkar dan maksiat kepada-Mu. Mereka tetap saling membunuh, berzina, berprasangka buruk, menyakiti hati orang lain, berdusta, korupsi, tidak puasa Ramadhan, dan lain-lain. Bahkan banyak di antara manusia yang berharap agar pintu-pintu neraka segera dibuka dengan berharap bulan Ramadhan segera berakhir agar mereka merasa lebih bebas untuk bisa berbuat dosa lagi. Saya tidak terima Ya Allah.”

Dialog imajiner yang disampaikan oleh Khatib tersebut sangat menggelitik hati saya. Meski dialog itu hanya sebuah imajinasi, makna yang tersirat dalam dialog tersebut sangat mendalam. Kalau kita kaitkan dengan sebuah hadits yang menyampaikan keistimewaan bulan Ramadhan yang salah satunya adalah “Pintu-pintu Surga dibuka selebar-lebarnya dan pintu-pintu neraka ditutup serapat-rapatnya dan syaitan-syaitan dibelenggu” (HR.Bukhori dan Muslim). Pelajaran dari dialog imajiner tersebut adalah tidak seluruh perbuatan maksiat yang kita lakukan ada karena bujukan iblis dan syatan-syatan pengikutnya. Bisa jadi semua itu karena faktor diri kita sendiri yang membiarkan potensi negatif kita yang lebih dominan.

Dr. Ahmad Mudhoffar, MA menyatakan bahwa jika kita memahami hadits di atas sebagaimana arti bahasanya maka saat bulan Ramadhan seperti sekarang ini seorang mu’min akan menjadi dirinya sendiri. Di saat bulan Ramadhan inilah saat yang paling tepat untuk mengetahui jati diri kita sebenarnya karena syaitan-syaitan sedang dibelenggu oleh Allah SWT sehingga kita terbebas dari segala godaan syaitan atau iblis.

Bulan Ramadhan menjadi cermin diri kita yang sesungguhnya karena di bulan ini faktor negatif dari eksternal tidak bisa menjalankan perannya untuk mempengaruhi kita. Jika di bulan Ramadhan ini kita mampu meningkatkan amal ibadah kita lebih banyak dari biasanya dan mampu menekan maksiat dan dosa maka bersyukurlah bahwa Allah SWT menganugerahkan keshalihan kepada kita. Namun, sebaliknya jika di bulan Ramadhan ini tidak ada perubahan terhadap amal ibadah kita malah cenderung menurun kuantitas dan kualitasnya. Jika perbuatan dosa dan maksiatnya tidak berubah bahkan cenderung meningkat maka segeralah memperbanyak istighfar. Bertaubatlah pada Allah SWT serta bertekad dan berikhtiar sekuat tenaga untuk berubah menjadi pribadi yang shalih.

Dalam QS Asy-Syams:8  disebutkan bahwa Allah SWT memberikan setiap manusia dua potensi yaitu fujur (kejahatan) dan takwa (ketakwaan) sehingga tanpa bisikan/godaan syaitan pun manusia bisa melakukan kejahatan jika potensi fujurnya lebih dominan. Namun, jangan lupa bahwa manusia juga bisa masuk ke dalam golongan setan jika dia terus memelihara potensi fujurnya.

Sekali lagi, bulan Ramadhan adalah kesempatan terbaik untuk mengetahui siapa jati diri kita sesungguhnya. Semoga Allah SWT memasukkan kita ke dalam barisan orang-orang yang mampu mendominankan potensi takwanya dan menekan potensi kejahatannya sehingga di bulan Ramadhan yang penuh berkah ini kita bisa memaksimalkan amaliah ibadah kita lebih dari bulan-bulan lainnya. Jika di luar bulan Ramadhan biasanya tilawah Quran sehari 1 juz maka di bulan Ramadhan bisa ditingkatkan menjadi 2 juz/lebih dalam sehari. Bersedekah di bulan Ramadhan lebih banyak dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya. Begitu pula amaliah ibadah harian lainnya. Selain mengharap keridhaan dan balasan pahala yang berlipat dari Allah SWT, peningkatan amaliah ibadah harian kita juga berfungsi sebagai bekal sekaligus benteng dari bisikan/godaan setan di luar bulan Ramadhan. Wallahua’lam bishshawab.