[:ID]Oleh: Imam Nur Suharno
Dalam Alquran surah al-Kautsar [108] ayat 1-2 ditegaskan, setelah disebutkan kenikmatan yang besar, Allah memerintahkan kepada hamba-Nya untuk mendirikan shalat dan berkurban sebagai bukti rasa syukur atas nikmat-nikmat itu. Kurban pada hakikatnya adalah tidak se kadar mengalirkan darah binatang sem belihan, tidak sekadar memotong hewan kurban. Namun, lebih dari itu, berkurban berarti sebuah ketundukan seorang hamba secara total terhadap perintah Allah dan sikap menghindar dari hal yang dilarang- Nya.
Ada banyak hikmah dalam ibadah kurban. Pertama, setiap helai bulu hewan kurban akan dibalas satu kebaikan. Rasulullah SAW bersabda, “Setiap satu helai rambut hewan kurban adalah satu kebaikan.” Lalu, sahabat bertanya, “Kalau bulubulunya?” Beliau menjawab, “Setiap helai bulunya juga satu kebaikan.” (HR Ahmad dan Ibnu Majah).
Kedua, sebagai ibadah yang paling dicintai oleh Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda, “Tidak ada amalan anak cucu Adam pada Hari Raya Idul Kurban yang lebih dicintai Allah melebihi dari mengucurkan darah (berkurban), sesungguhnya pada hari kiamat nanti hewan-hewan itu akan datang lengkap dengan tanduk-tanduknya, kukukukunya, dan bulu-bulunya.
Sesungguhnya darahnya akan sampai kepada Allah—sebagai kurban—di mana pun hewan itu disembelih sebelum darahnya sampai ke tanah, maka ikhlaskanlah menyembelihnya.” (HR Ibnu Majah dan Tirmidzi). Ketiga, sebagai ciri keislaman seseorang. Rasul SAW bersabda, “Barang siapa yang mendapati dirinya dalam kelapangan lalu ia tidak mau berkurban, maka janganlah ia mendekati tempat shalat Id kami.” (HR Ahmad dan Ibnu Majah).
Keempat, sebagai syiar Islam. “Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzekikan Allah kepada mereka, maka Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah).” (QS al- Hajj [22]: 34).
Kelima, mengenang ujian kecintaan Allah kepada Nabi Ibrahim (QS ash- Shaffat [37]: 102-107). Dan, keenam, sebagai misi kepedulian kepada sesama. Dalam hal ini, Rasul SAW bersabda, “Hari Raya Kurban adalah hari untuk makan, minum, dan zikir kepada Allah SWT.” (HR Muslim). Jika nilai-nilai ibadah kurban ini terus digali, diselami, dan diimplementasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, niscaya akan dapat mengantarkan kepada kehidupan yang lebih baik. Wallahu a’lam.
sumber: republika.co.id[:en]
By: Imam Nur Suharno
In the Qur’an surah Al-Kawthar [108] verses 1-2 affirmed, after receiving great favors, Allah commanded His servants to pray and sacrifice (qurban) as evidence of his gratitude for the favors. Qurban is essentially not simply to slaughter sacrificial animals and spill their blood, it is more than that. Qurban means total submission as a servant of Allah’s commands and avoiding what is asked of.
There are many lessons and wisdoms in the act of Qurban. First, each strand of sacrificial fur will be rewarded with one good deed. The Prophet SAW said, “Every single strand of sacrificial animal hair is a good deed.” Then, a companion asked, “What about its feathers?” He answered, “Each feather is also one good deed.” (Narrated by Ahmad and Ibn Majah).
Second, it is an act of worship most loved by Allah SWT. The Prophet SAW quoted, “There are no deeds of Adam’s children and grandchildren on the Eid Al-Fitr which is more loved to Allah than to shed blood (do sacrifice). For indeed, on the Day of Judgment, these animals will come complete with their horns, nails, feathers and furs.
Indeed, wherever and whenever the animal is slaughtered, before its blood reaches the ground, it will reach Allah — as a sacrifice — therefore let the intention to slaughter be sincere.” (Narrated by Ibnu Majah and Tirmidzi). Third, it is a characteristic of one’s Islam. The Prophet SAW said, “Whoever finds himself in the field but then he does not want to sacrifice, then let him not approach the place of our Eid prayers.” (Narrated by Ahmad and Ibn Majah).
Fourth, it is a symbol of Islam. “And for all religion We have appointed a rite [of sacrifice] that they may mention the name of Allah over what He has provided for them of [sacrificial] animals. For your god is one God, so to Him submit. And, [O Muhammad], give good tidings to the humble [before their Lord]” (Surat al-Hajj [22]: 34).
Fifth, a remembrance of the Prophet Ibrahim’s test of love for Allah (Surat As-Shaffat [37]: 102-107). And lastly, as a mission to care for others. In this case, The Prophet SAW said, “The Day of Sacrifice is a day for eating, drinking, and recitation of Allah SWT.” (Muslim HR). If the values of sacrificial worship continue to be explored, implored, and implemented in the life of the nation and state, it will undoubtedly lead a path to a better life. Allah knows best.
Source: republika.co.id
[:]