Pertanyaan mengenai boleh atau tidak seorang Muslim menunaikan sholat di rumah non-Muslim sering muncul, terutama dalam situasi silaturahmi, bertamu, atau kondisi tertentu.
Isu ini berkaitan dengan keabsahan sholat, adab, dan batasan syariat Islam di lingkungan yang bukan mayoritas Muslim.
Selama ini, sebagian orang merasa ragu-ragu. Dulu, hal seperti ini jarang dibahas. Tapi sekarang, dengan mobilitas tinggi dan lingkungan yang beragam, kondisi ini menjadi lebih sering terjadi.
Karena itu, penting memahami bagaimana pandangan Islam yang sebenarnya. Yuk, simak selengkapnya di artikel berikut!
Dalil-Dalil dari Al-Qur’an dan Hadis
Islam menegaskan bahwa bumi ini adalah tempat sujud bagi umat manusia. Rasulullah SAW bersabda:
“Dijadikan bumi ini untukku sebagai masjid dan tempat suci (mensucikan).” (HR. Bukhari dan Muslim)
Tidak ada dalil khusus dalam Al-Qur’an maupun hadis yang secara eksplisit melarang sholat di rumah non-Muslim atau tempat yang terdapat simbol agama lain, selama tempat tersebut suci dan tidak ada najis.
Hadis yang menyebut malaikat tidak masuk rumah yang ada gambar atau anjing tidak bisa dijadikan dalil pelarangan sholat di rumah yang ada salib atau patung, selama syarat sah sholat terpenuhi.
Baca Juga: Sedekah untuk Non-Muslim, Emang Boleh?
Pendapat Ulama dari Berbagai Mazhab
Pandangan ulama berbeda-beda, namun secara umum memperbolehkan sholat di rumah non-Muslim dengan beberapa catatan:
- Mazhab Hanafi: Memasuki tempat ibadah non-Muslim hukumnya makruh, namun tidak sampai haram.
- Mazhab Maliki, Hanbali, dan sebagian Syafi’i: Membolehkan seorang Muslim memasuki tempat ibadah non-Muslim dan sholat di dalamnya, asalkan tempatnya suci.
- Mazhab Syafi’i: Sholat di gereja atau tempat ibadah non-Muslim hukumnya sah namun makruh, terutama jika ada gambar atau patung.
- Mazhab Hanbali: Sholat di tempat peribadatan non-Muslim hukumnya sah, boleh, dan tidak dimakruhkan, berdasarkan rukhshah (keringanan), selama tempatnya suci, baik ada gambar/patung maupun tidak.
Syarat dan Etika Sholat di Rumah Non-Muslim
Menunaikan sholat tetap harus menjaga syarat sah dan adab yang diajarkan syariat. Dalam kondisi di rumah non-Muslim, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
- Tempat sholat harus bersih dan suci dari najis.
- Jika memungkinkan, pilih ruangan yang tidak terlihat gambar, patung, atau simbol keagamaan lain. Jika tidak bisa, usahakan menutupinya dengan kain atau tirai.
- Tidak ada larangan mutlak selama syarat sah sholat terpenuhi, yakni suci tempat, badan, pakaian, dan menutup aurat.
- Mendahulukan sholat berjamaah di masjid jika memungkinkan, terutama bagi laki-laki.
- Jika hanya bertamu atau dalam kondisi sementara, boleh sholat di rumah non-Muslim, namun sebaiknya tidak dilakukan tanpa kebutuhan mendesak.
Kondisi-Kondisi yang Membolehkan
Kebolehan sholat di rumah non-Muslim lebih ditekankan dalam kondisi darurat atau hajat. Dalam praktiknya, ini sering terjadi tanpa disengaja, dan justru menunjukkan bagaimana Islam memberi kemudahan tanpa mengurangi makna ibadah.
Beberapa contoh kondisi tersebut antara lain:
- Tidak ada tempat lain yang memungkinkan untuk sholat tepat waktu.
- Dalam perjalanan, bertamu, atau kunjungan keluarga yang non-Muslim, sehingga sulit mencari tempat lain yang lebih layak.
- Jika ada unsur kesulitan, kaidah fikih membolehkan pelonggaran hukum: “Al-masyaqqah tajlibut-taysir” – Kesulitan mendatangkan kemudahan.
Kesimpulan
Jadi, sholat di rumah non-Muslim pada dasarnya diperbolehkan dalam Islam, selama tempatnya bersih dan suci. Para ulama sepakat bahwa sholatnya tetap sah, meskipun ada yang memakruhkan jika terdapat gambar atau patung. Namun, hal tersebut tidak membatalkan sholat.
Dalam kondisi darurat atau kebutuhan, kebolehan ini menjadi lebih kuat. Adab dan syarat sah sholat tetap harus dijaga. Jika memungkinkan, pilih tempat yang lebih netral atau tutupi simbol keagamaan lain selama sholat.
Nah, sekian artikel kali ini. Yuk, ikuti informasi seputar Islam lainnya bersama kami di Rumah Zakat.
