Dalam menjalani kehidupan, tak selamanya manusia bisa menjalankan ibadah secara sempurna. Ada masa di mana tubuh melemah, perjalanan jauh melelahkan, atau keadaan memaksa untuk menunda kewajiban. Dalam Islam, kondisi semacam ini disebut dengan udzur.
Kenali apa itu udzur menurut syariat dan kapan seseorang mendapat keringanan dalam beribadah. Yuk, ketahui selengkapnya di artikel berikut ini!
Memahami Makna Udzur dalam Islam
Sebelum melihat lebih jauh, mari kenali dulu apa sebenarnya makna dari udzur menurut Islam.
Secara bahasa, udzur berarti halangan. Dalam Islam, udzur dipahami sebagai alasan yang dibenarkan syariat untuk memberikan keringanan dalam melaksanakan kewajiban agama, seperti shalat atau puasa. Kata ini berasal dari bahasa Arab ‘adzara-ya’dzuru-‘udzron, yang juga bermakna memaafkan.
Banyak yang mengira setiap kewajiban agama harus dilakukan dalam kondisi apa pun. Padahal, Islam adalah agama yang penuh rahmat, yang memberi kelonggaran dalam keterbatasan manusia.
Bentuk-Bentuk Udzur yang Diakui
Udzur bisa muncul dari berbagai situasi, misalnya sakit, haid, usia lanjut, bahkan lupa atau tertidur. Dalam situasi darurat pun, seperti bencana atau ancaman bahaya, seseorang dapat memperoleh keringanan.
Selama ini, kita mungkin hanya tahu udzur sebatas “alasan tidak shalat”. Padahal, dalam syariat, udzur justru menjadi bentuk kasih sayang Allah SWT atas keterbatasan hamba-Nya.
Contoh-Contoh Udzur dalam Kehidupan Sehari-Hari
Keringanan dalam syariat tidak hanya sebatas teori. Dalam praktiknya, udzur hadir di berbagai situasi yang nyata dan manusiawi. Berikut ini contoh dari udzur.
1. Udzur dalam Shalat
Ada masa-masa di mana tubuh tak lagi sekuat biasanya, atau waktu melesat tanpa terasa. Dalam kondisi tertidur, lupa, sakit, atau sedang dalam perjalanan jauh, seseorang mendapat keringanan untuk menunda atau meninggalkan shalat.
Namun, shalat tetap harus diganti (qadha) setelah udzur tersebut hilang. Ini menunjukkan bahwa Islam tidak memberatkan, tapi juga tidak mengabaikan.
2. Udzur dalam Puasa
Selama ini, banyak yang ragu apakah boleh tidak puasa jika sedang hamil atau menyusui? Jawabannya, boleh jika memang kondisi fisik tak memungkinkan.
Termasuk juga bagi orang sakit, musafir, atau lansia yang sudah tak mampu berpuasa. Mereka diberi kelonggaran untuk mengganti puasa di hari lain, atau membayar fidyah sesuai ketentuan.
3. Udzur dalam Haji
Haji memang wajib bagi yang mampu. Tapi tidak semua orang mendapat kesempatan fisik, mental, atau finansial yang cukup untuk menjalaninya.
Jika seseorang tidak sanggup secara ekonomi, terhalang oleh bahaya, atau kondisi tubuh yang tidak memungkinkan, maka gugurlah kewajiban haji baginya hingga mampu di kemudian hari.
4. Udzur bagi Wanita
Dalam fase haid atau nifas, wanita tidak diwajibkan menjalankan shalat dan puasa. Islam tidak menganggap hal ini sebagai dosa, justru memandangnya sebagai kondisi biologis yang layak mendapat penghormatan.
Dulu, banyak yang merasa bersalah karena melewatkan ibadah dalam masa ini, padahal sejatinya ini adalah bentuk kasih sayang Allah SWT kepada hamba-Nya.
5. Udzur karena Keadaan Darurat
Saat terjadi bencana, konflik, atau situasi yang membahayakan jiwa, seseorang diperbolehkan meninggalkan atau menunda ibadah wajib.
Syariat sangat memperhatikan keselamatan. Dalam kondisi darurat, prioritas utama adalah menjaga nyawa dan keamanan, bukan memaksakan ritual secara kaku.
Kesimpulan
Jadi, udzur adalah bentuk kasih sayang Allah SWT terhadap hamba-Nya. Ia bukan celah untuk bermalas-malasan, tapi keringanan yang diberikan bagi mereka yang sungguh-sungguh ingin taat namun terkendala oleh keadaan.
Dengan memahami udzur, kita bisa menjalani agama dengan lebih bertanggung jawab dan penuh kesadaran. Islam bukan agama yang memaksa, tetapi memberi ruang bagi keterbatasan manusia agar tetap bisa dekat kepada-Nya.
Nah, sekian artikel kali ini. Yuk, ikuti informasi seputar Islam lainnya bersama kami di Rumah Zakat.
