Setiap 1 Desember, dunia memperingati Hari AIDS Sedunia, sebuah momen penting untuk mengingatkan kita tentang arti kepedulian dan empati terhadap para penyintas HIV/AIDS. Peringatan ini bukan sekadar simbol, tapi juga ajakan agar masyarakat memahami bahwa mereka layak dirangkul, bukan dijauhi.
Banyak dari penyintas HIV/AIDS masih menghadapi diskriminasi dan penolakan sosial. Padahal, mereka membutuhkan dukungan moral, akses kesehatan yang layak, serta kesempatan untuk hidup produktif seperti orang lain. Di sinilah peran kita sebagai umat manusia diuji apakah kita mampu menebar kasih dan menghapus stigma?
Makna Kemanusiaan di Hari AIDS Sedunia
Islam mengajarkan untuk saling menolong tanpa melihat latar belakang. Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Maidah ayat 32, “Barang siapa yang menyelamatkan satu jiwa manusia, maka seolah-olah dia telah menyelamatkan seluruh manusia.”
Makna ayat ini sejalan dengan semangat Hari AIDS Sedunia, yaitu menumbuhkan kasih sayang, memahami perjuangan penyintas, dan ikut membantu mereka bertahan.
Kita bisa mulai dari langkah kecil berhenti menilai, mulai mendengar, dan membuka hati untuk mendukung mereka. Karena perubahan besar sering berawal dari empati yang sederhana.
Dari Empati Menjadi Aksi Nyata
Empati yang tumbuh harus diiringi dengan aksi nyata. Salah satunya melalui dukungan terhadap program kesehatan dan pemberdayaan masyarakat. Lewat Rumah Zakat, kamu bisa berkontribusi dalam program yang membantu masyarakat rentan, termasuk penyintas, untuk mendapatkan pendampingan, edukasi, dan pelatihan agar mandiri secara ekonomi.


