Zuhud sering kali dipandang sebagai gaya hidup yang identik dengan meninggalkan dunia, padahal sejatinya makna zuhud jauh lebih dalam dan indah dari sekadar itu.
Dalam Islam, zuhud adalah sikap hati yang terlepas dari ketertarikan berlebihan terhadap dunia, sehingga seseorang lebih condong kepada Allah SWT dan kebahagiaan abadi di akhirat.
Bukan berarti tidak boleh memiliki harta atau meraih prestasi duniawi, melainkan tidak menjadikan dunia sebagai tujuan utama hidup.
Nah, agar lebih jelas, mari kita ulas bersama bagaimana Islam memandang zuhud, miskonsepsi yang sering terjadi, dan bagaimana cara menerapkannya dalam kehidupan modern. Yuk, simak!
Miskonsepsi tentang Zuhud yang Sering Terjadi
Banyak orang membayangkan zuhud sebagai hidup miskin, berpenampilan lusuh, atau menolak segala bentuk harta.
Ada juga yang berpikir bahwa orang zuhud itu harus meninggalkan pekerjaan, lalu menghabiskan waktu hanya untuk ibadah ritual di masjid.
Pandangan ini sebenarnya tidak sepenuhnya tepat, bahkan bisa melenceng dari makna zuhud yang sebenarnya.
Rasulullah SAW sendiri adalah teladan terbaik. Beliau berbisnis, memimpin pasukan, membangun masyarakat, namun tetap hidup sederhana tanpa hati terikat pada dunia.
Nah, itu artinya, zuhud bukanlah menolak dunia, melainkan menjaga agar hati tidak diperbudak oleh dunia.
Jadi, punya rumah bagus, kendaraan, atau bahkan usaha besar tetap boleh, selama semuanya dikelola dengan niat yang benar dan tidak membuat kita lupa pada Allah SWT.
Baca Juga: Doa Nabi Ibrahim Agar Keluarga Rajin Salat
Pengertian Zuhud yang Sebenarnya
Jika ditarik ke akar katanya, zuhud secara bahasa berarti meninggalkan sesuatu yang dicintai. Dalam ajaran Islam, zuhud bukan berarti mengabaikan dunia, tapi mengarahkan hati untuk lebih memprioritaskan akhirat
Jadi, seorang muslim bisa saja memiliki banyak harta, namun jika hatinya ringan dan tidak melekat pada harta tersebut, ia tetap termasuk orang zuhud.
Rasulullah SAW pernah bersabda:
ازْهَدْ فِي الدُّنْيَا يُحِبُّكَ اللَّهُ وَازْهَدْ فِيمَا عِنْدَ النَّاسِ يُحِبُّكَ النَّاسُ
“Bersikaplah zuhud terhadap dunia, niscaya Allah akan mencintaimu, dan bersikaplah zuhud terhadap apa yang ada di tangan manusia, niscaya manusia akan mencintaimu.” (HR. Ibnu Majah)
Hadits ini menegaskan bahwa zuhud adalah sikap hati yang menganggap kecil urusan dunia dan menjadikan Allah SWT sebagai tujuan utama. Dunia hanya sarana, bukan tujuan akhir.
Cara Menerapkan Zuhud dalam Kehidupan Modern
Lalu, bagaimana praktik zuhud dalam kehidupan modern yang penuh godaan konsumsi dan gaya hidup mewah? Ada beberapa cara sederhana yang bisa dilakukan, antara lain:
- Menjaga kesederhanaan hidup tanpa terjebak dalam konsumsi berlebihan.
- Mengelola harta dengan bijak, tidak tamak, dan selalu menyisihkan untuk membantu sesama.
- Memprioritaskan ibadah dan kebaikan, tanpa melupakan tanggung jawab duniawi.
- Menghindari sikap berlebihan, baik ketika mendapat pujian maupun celaan.
- Tetap bekerja dan berkontribusi, menjadikan dunia sebagai ladang amal, bukan tujuan akhir.
Apakah mudah? Tentu tidak selalu. Godaan dunia akan selalu ada. Tetapi dengan menata niat dan mengingat bahwa semua yang kita miliki hanyalah titipan Allah SWT, sikap zuhud bisa tumbuh perlahan dalam keseharian kita.
Baca Juga: Hati-Hati Sama Sifat Sombong yang Nggak Terasa
Kesimpulan
Jadi, zuhud adalah sikap hati yang tidak terikat pada dunia, bukan berarti meninggalkan dunia sepenuhnya.
Dengan zuhud, seorang muslim tetap bisa bekerja, berprestasi, bahkan memiliki harta, namun semuanya diarahkan untuk kebaikan dan kehidupan akhirat.
Menghidupkan nilai zuhud dalam keseharian juga bisa diwujudkan dengan berbagi pada sesama, sebab memberi tidak akan mengurangi harta, justru menambah keberkahan.
Nah, melalui Rumah Zakat, setiap muslim bisa menyalurkan zakat, sedekah, infak, atau donasi sebagai bentuk implementasi zuhud yang nyata dalam kehidupan modern.
