Isu hukum aborsi dalam Islam sering menimbulkan pertanyaan di kalangan umat. Banyak yang menganggap aborsi sebagai dosa besar, namun ada juga kondisi tertentu yang membuatnya diperbolehkan. Dalam Islam, kehidupan manusia, termasuk janin di dalam kandungan, memiliki kehormatan dan harus dijaga sejak awal.
Baca juga : Kunci Atasi Masalah Rumah Tangga
Aborsi Termasuk Menghilangkan Nyawa
Mayoritas ulama sepakat bahwa aborsi hukumnya haram, terutama jika dilakukan setelah janin berusia 120 hari. Pada usia ini, ruh telah ditiupkan sebagaimana dijelaskan dalam hadis riwayat Bukhari dan Muslim:
“Sesungguhnya penciptaan salah seorang di antara kalian dikumpulkan dalam rahim ibunya selama empat puluh hari sebagai nutfah…”
Aborsi tanpa alasan syar’i dianggap sebagai tindakan menghilangkan nyawa, yang termasuk dosa besar dan diancam dengan azab berat di akhirat.
Pengecualian: Ketika Nyawa Ibu Terancam
Meski begitu, Islam memberikan pengecualian jika kehamilan mengancam nyawa ibu atau membahayakan kesehatan parah. Dalam kondisi darurat seperti ini, aborsi diperbolehkan sebagai bentuk menjaga jiwa (hifz an-nafs), salah satu dari lima tujuan utama syariat Islam.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) juga menegaskan bahwa aborsi hanya boleh dilakukan berdasarkan rekomendasi medis dan keputusan bersama antara suami, istri, serta dokter ahli.
Bijak Menyikapi Kehamilan
Islam mengajarkan setiap pasangan untuk merencanakan kehamilan dengan tanggung jawab. Pencegahan lebih baik daripada penyesalan. Maka, penting bagi setiap pasangan untuk memahami hukum aborsi dalam Islam agar tidak terjebak pada dosa besar.
Baca juga : Berbahaya! 5 Hal Ini Bisa Merusak Rumah Tangga
Kesimpulan
Secara umum, hukum aborsi dalam Islam adalah haram, kecuali dalam kondisi darurat yang mengancam nyawa ibu. Islam memuliakan kehidupan dan mengajarkan umatnya untuk menghargai setiap detik kehidupan, bahkan sejak dalam kandungan.
