Hijrah Nabi Muhammad SAW dari Mekah ke Madinah bukan sekadar perpindahan tempat, melainkan momen penting yang penuh dengan tantangan, strategi, dan keimanan yang mendalam. Perjalanan ini menjadi tonggak sejarah dalam perjuangan dakwah Islam.
Awal Mula Perintah Hijrah
Dakwah Rasulullah SAW di Mekah kian hari semakin mendapat tekanan. Kaum Quraisy tidak hanya menolak ajaran Islam, tetapi juga menyerang dan merencanakan pembunuhan terhadap beliau. Ketika makar mereka memuncak, Allah SWT memerintahkan Nabi Muhammad SAW untuk hijrah meninggalkan Mekah.
Rencana hijrah ini pun terdengar oleh kaum Quraisy. Khawatir Islam akan berkembang pesat di Yatsrib (Madinah), mereka segera menyusun rencana jahat untuk membunuh Nabi. Sejumlah pemuda dikumpulkan untuk mengepung rumah beliau, dengan harapan bisa mencegah kepergiannya.
Strategi Menyelamatkan Diri dari Kepungan
Pada malam sebelum hijrah, Rasulullah SAW meminta Ali bin Abi Thalib RA untuk tidur di tempat tidurnya dan mengenakan selimut beliau. Sementara itu, dengan perlindungan Allah, Nabi Muhammad SAW berhasil keluar dari rumah tanpa diketahui oleh para pengepung yang berjaga di depan pintu.
Beliau segera menuju rumah Abu Bakar RA, sahabat terdekatnya, dan mengajaknya hijrah bersama. Mereka keluar dari pintu belakang secara diam-diam, lalu bergerak ke arah selatan menuju Gua Tsur. Jalur yang mereka tempuh bukanlah jalan biasa, ini adalah rute sulit yang jarang dilalui manusia, demi mengelabui kejaran kaum Quraisy.
Baca Juga: 2 Wanita Paling Dermawan di Zaman Nabi Muhammad SAW
Perjalanan Penuh Tantangan
Setelah kondisi dirasa aman, perjalanan pun dilanjutkan. Perbekalan disiapkan oleh putri Abu Bakar RA. Mereka dibimbing oleh Abdullah bin Uraiqit dari Banu Du’il, yang ditunjuk sebagai penunjuk jalan, karena ia tahu rute-rute tersembunyi.
Rute perjalanan mereka mengarah ke Tihamah, di dekat pantai Laut Merah. Selama tujuh hari penuh, Nabi Muhammad SAW dan Abu Bakar RA berjalan siang dan malam. Mereka hanya beristirahat sejenak di bawah terik matahari, lalu melanjutkan perjalanan malam hari melintasi padang pasir.
Kondisi fisik sangat menantang, tetapi ketenangan hati dan keyakinan pada pertolongan Allah SWT membuat keduanya tetap tegar. Mereka percaya sepenuhnya bahwa Allah akan melindungi perjalanan suci ini.
Singgah di Quba dan Sambutan Madinah
Di tengah perjalanan, Nabi Muhammad SAW singgah di sebuah desa bernama Quba, sekitar dua mil dari Madinah. Di sana, beliau membangun masjid pertama dalam sejarah Islam: Masjid Quba. Beliau tinggal selama empat hari sebelum melanjutkan perjalanan menuju pusat Kota Madinah.
Sesampainya di Madinah, masyarakat telah menanti-nantikan kedatangan beliau. Sambutan luar biasa pun diberikan. Warga berbaris di sepanjang jalan yang akan dilalui Nabi Muhammad SAW dan Abu Bakar RA. Suara genderang dan nyanyian bergema untuk menyambut Sang Nabi.
Baca Juga: Prinsip Berdagang Ala Nabi Muhammad Saw
Langkah Awal di Madinah
Setelah tiba di Madinah, Nabi Muhammad SAW langsung menyusun program kerja untuk membangun masyarakat Islam. Tiga langkah besar yang dilakukan beliau adalah:
- Mendirikan masjid sebagai pusat ibadah dan komunitas.
- Mempersatukan kaum Muhajirin dan Anshar melalui ikatan persaudaraan.
- Membuat perjanjian dengan penduduk Madinah, termasuk kaum Yahudi, untuk menjaga stabilitas dan kedamaian kota.
Hijrah ini bukan sekadar perjalanan fisik, melainkan perpindahan besar dalam sejarah dakwah Islam yang menandai dimulainya babak baru perjuangan umat.