Menghormati ibu sering kali terasa mudah diucapkan, tetapi tidak selalu mudah dipraktikkan secara konsisten. Ada momen-momen tertentu yang membuat perhatian terasa penuh, lalu perlahan kembali memudar di hari-hari biasa.
Selain itu, banyak yang merasa sudah berbakti karena memenuhi kebutuhan besar seorang ibu. Namun, benarkah bakti hanya soal materi dan momen istimewa semata?
Nah, di artikel ini Rumah Zakat akan membahas semuanya lebih lanjut. Untuk lebih jelasnya, yuk simak terus!
Memaknai “Ibumu, Ibumu, Ibumu”: Lebih dari Sekadar Kata
Untuk memahami mengapa ibu mendapat tempat istimewa, perlu menengok satu hadits yang sangat dikenal umat Islam.
Dalam hadits riwayat Bukhari, Rasulullah SAW menjawab pertanyaan tentang siapa yang paling berhak mendapatkan kebaikan dengan jawaban yang sama sebanyak tiga kali: ibu, lalu ayah. Penekanan ini bukan tanpa alasan, melainkan bentuk pengakuan atas pengorbanan ibu sejak mengandung, melahirkan, hingga menyusui.
Mengapa harus diulang sampai tiga kali? Karena pengorbanan itu sering terasa sunyi, tidak terlihat, tetapi dampaknya melekat seumur hidup.
Baca Juga: Merayakan Hari Ibu Nasional: Islam Mengajarkan Bakti Tanpa Batas
Contoh Sikap “Sederhana” yang Sering Kita Abaikan
Setelah memahami kedudukan ibu, muncul pertanyaan berikutnya: bagaimana wujud bakti yang sering luput dari perhatian?
Justru pada hal-hal kecil inilah adab kepada ibu diuji setiap hari, tanpa perlu momen khusus.
- Mendengarkan cerita ibu tanpa terdistraksi gadget, meski topiknya terasa sepele.
- Membantu pekerjaan rumah tanpa menunggu diminta, seperti mencuci piring atau berbelanja kebutuhan harian.
- Menjaga nada bicara tetap lembut, termasuk ekspresi wajah saat menerima nasihat.
- Mengirimkan doa di setiap shalat: “Ya Rabb, ridhailah ibuku sebagaimana ia merawatku.”
Terlihat sederhana, bukan? Namun konsistensi pada hal-hal inilah yang sering terasa paling berat.
Baca Juga: Peringati Hari Ibu, Inilah Hal-Hal Baik yang Bisa Kita Lakukan untuk Ibu
Bakti yang Tak Terputus: Meski Ibu Telah Tiada atau Berjarak
Sebagian orang mengira bakti berakhir ketika ibu telah wafat. Islam justru mengajarkan bahwa bakti dapat terus mengalir.
Doa anak shalih dan sedekah jariyah atas nama ibu menjadi amal yang pahalanya tidak terputus. Wakaf, membantu anak yatim, atau kebaikan lain yang diniatkan untuk ibu akan terus menjadi cahaya baginya.
Bagi yang terpisah jarak, menjaga komunikasi, perhatian, dan berbagi rezeki juga merupakan bentuk silaturahmi yang bernilai ibadah dan menjaga ikatan batin tetap hidup.
Baca Juga: Sudah Dewasa & Bekerja, Apakah Anak Wajib Menafkahi Orang Tuanya?
Kesimpulan
Jadi, bakti kepada ibu tidak dibangun dari satu hari peringatan, tetapi dari sikap harian yang konsisten, lembut, dan penuh adab. Dari sanalah ridha Allah dan jalan menuju surga terbuka.
Menyalurkan kebaikan melalui sedekah, infak, atau donasi bersama Rumah Zakat dapat menjadi salah satu cara memperpanjang pahala bakti kepada ibu sekaligus menghadirkan manfaat bagi sesama.

