Setiap Muslim pasti mendambakan akhir hidup yang baik atau husnul khatimah. Doa agar dipanggil Allah SWT dalam keadaan terbaik sering dipanjatkan di sela ibadah.
Dari sekian banyak tanda yang diyakini masyarakat, salah satunya adalah keyakinan bahwa meninggal di hari Jumat merupakan pertanda husnul khatimah.
Benarkah demikian? Apakah cukup hanya dengan “waktu kematian” untuk menjadi penentu keselamatan akhirat?
Kepercayaan ini memang sudah lama beredar dan bahkan didukung oleh hadis yang sering dikutip dalam berbagai pengajian.
Namun, penting juga memahami duduk perkaranya secara utuh, agar tidak salah menafsirkan.
Nah, di artikel ini Rumah Zakat akan membahas hal ini lebih lanjut. Yuk, simak terus!
Keutamaan Hari Jumat dalam Islam
Sebelum membicarakan soal kematian, mari kita lihat dulu betapa istimewanya hari Jumat. Dalam Islam, Jumat disebut sebagai sayyidul ayyam atau penghulu dari semua hari.
Rasulullah SAW menyebutkan bahwa pada hari inilah banyak peristiwa besar terjadi, dan karenanya Jumat mendapat posisi khusus.
Beberapa keutamaan yang sering disebutkan antara lain:
- Hari penciptaan Nabi Adam AS
- Hari ketika kiamat akan terjadi
- Waktu mustajab untuk berdoa
- Amalan baik dilipatgandakan pahalanya
- Perlindungan dari fitnah kubur bagi yang meninggal di hari Jumat
Tidak heran jika umat Muslim begitu menantikan datangnya hari Jumat. Selain shalat Jumat yang diwajibkan bagi laki-laki, Jumat juga menjadi momentum menghidupkan sunnah seperti membaca surah Al-Kahfi, memperbanyak shalawat, dan doa yang diyakini mudah dikabulkan.
Jadi, jika hari biasa saja bernilai pahala, apalagi hari Jumat.
Baca Juga: Tips Agar Mudah Bersyahadat Saat Meninggal
Dalil Kematian di Hari Jumat: Tanda Husnul Khatimah?
Lalu bagaimana dengan keyakinan meninggal di hari Jumat sebagai tanda husnul khatimah? Hadis yang sering dijadikan rujukan berbunyi:
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَمُوتُ يَوْمَ الْجُمُعَةِ أَوْ لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ إِلاَّ وَقَاهُ اللَّهُ فِتْنَةَ الْقَبْرِ
“Tidak ada seorang Muslim yang meninggal dunia pada hari Jumat atau malam Jumat kecuali Allah akan melindunginya dari fitnah kubur.” (HR Ahmad, Tirmidzi, dinilai hasan atau shahih).
Hadis ini cukup jelas memberi kabar gembira. Perlindungan dari fitnah kubur bukan hal kecil, karena fitnah kubur adalah bagian berat dalam perjalanan seorang hamba menuju akhirat.
Oleh karena itu, wajar bila masyarakat kemudian mengaitkan meninggal pada hari Jumat dengan husnul khatimah.
Namun, perlu dicatat bahwa hadis ini tetap menekankan kata “Muslim”, artinya orang yang beriman, bukan sembarang kematian.
Bagaimana Pandangan Para Ulama?
Para ulama tidak menolak hadis tersebut. Sebagian besar menilainya hasan atau shahih sehingga bisa dijadikan pegangan.
Namun, mereka menambahkan catatan penting, keistimewaan meninggal di hari Jumat tidak otomatis menggantikan syarat utama husnul khatimah, yaitu iman dan amal saleh.
Syekh Muhammad Anwar Syah al-Kasymiri, misalnya, menegaskan bahwa hadis ini jangan dipahami secara literal seolah cukup dengan mati di hari Jumat maka seseorang pasti selamat.
Amal saleh, keteguhan iman, dan ridha Allah SWT tetap menjadi penentu utama. Maka, posisi hadis ini adalah kabar gembira tambahan, bukan jaminan mutlak.
Disamping itu, ulama lain pun sejalan dengan pendapat ini, sehingga masyarakat diingatkan agar tidak terjebak dalam pemahaman yang simplistis.
Mengapa Kita Tidak Boleh Bergantung pada Tanda Ini?
Bayangkan jika ada orang yang sepanjang hidup jauh dari ibadah, lalu meninggal di hari Jumat. Apakah otomatis masuk kategori husnul khatimah?
Tentu tidak sesederhana itu. Karena husnul khatimah berkaitan erat dengan bagaimana kondisi akhir hidup seseorang: iman, amal, dan keridhaan Allah SWT.
Islam mengajarkan agar seorang Muslim terus berdoa dan berusaha memperbaiki diri, tanpa menunggu waktu tertentu. Husnul khatimah bisa datang kapan saja, di hari apa saja, asalkan kehidupan yang dijalani memang dipenuhi keimanan.
Jadi, tidak tepat jika berharap hanya pada “hari” tanpa memperhatikan isi dari perjalanan hidup itu sendiri. Karena pada akhirnya, yang menentukan bukanlah kapan meninggalnya, melainkan bagaimana kualitas hidup sebelum ajal tiba.
Baca Juga: Inilah Tanda-Tanda Orang yang Akan Meninggal dalam Islam
Kesimpulan
Jadi, meninggal di hari Jumat memang memiliki keutamaan tersendiri, sebagaimana ditegaskan dalam hadis shahih tentang perlindungan dari fitnah kubur.
Namun, ini bukan jaminan mutlak husnul khatimah. Husnul khatimah sejatinya ditentukan oleh iman, amal saleh, dan ridha Allah SWT.
Maka, lebih bijak bila seorang Muslim memfokuskan diri memperbanyak kebaikan, sembari berdoa agar dipanggil Allah SWT dalam keadaan terbaik, kapan pun itu terjadi.
Karena setiap amal baik bisa menjadi wasilah menuju husnul khatimah, mari biasakan diri berbagi kebaikan sejak sekarang. Salah satunya dengan menyalurkannya melalui Rumah Zakat, agar setiap langkah menuju akhir hayat semakin dipenuhi keberkahan.