Menikah dalam Islam bukan sekadar soal menyatukan dua hati, melainkan juga bagian dari ibadah yang sangat mulia. Tujuannya menjaga kesucian diri, membangun keluarga yang harmonis, serta melahirkan generasi yang sholeh.
Dalam memilih pasangan, pertimbangan tidak hanya soal kecantikan atau ketampanan, tetapi juga agama, akhlak, dan status, apakah gadis atau janda.
Menariknya, ada pandangan bahwa menikahi janda punya pahala yang lebih besar dibanding menikahi gadis. Benarkah demikian?
Nah, untuk menjawab pertanyaan itu, Rumah Zakat akan membahasnya di artikel berikut. Yuk, simak terus!
Rasulullah SAW: Menikahi Janda
Ketika mendengar kata janda, sebagian orang mungkin langsung membayangkan status yang kurang menguntungkan. Namun, Rasulullah SAW justru mencontohkan hal berbeda.
Beliau menikahi beberapa janda, di antaranya Khadijah binti Khuwailid, seorang wanita terhormat dan sukses di masanya. Dari Khadijah lah, Rasulullah SAW mendapat dukungan penuh dalam dakwah awal Islam.
Selain itu, ada Ummu Salamah yang dikenal tangguh. Setelah ditinggal wafat suaminya, beliau harus mengasuh anak-anak seorang diri. Kehadiran Rasulullah SAW dalam rumah tangganya menjadi bentuk perlindungan sekaligus penghormatan.
Artinya, menikahi janda tidak sekadar ikatan rumah tangga, melainkan juga langkah nyata dalam memberikan kasih sayang dan perlindungan bagi mereka.
Baca Juga: Hindari! 6 Sifat Buruk Wanita yang Harus Dihindari Sebelum Menikah
Pahala Menikahi Janda: Benarkah Lebih Besar?
Setelah melihat teladan Rasulullah SAW, pertanyaan berikutnya adalah, apakah pahala menikahi janda memang lebih besar? Jawabannya bisa ditemukan dalam hadits sahih berikut:
عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
السَّاعِي عَلَى الأَرْمَلَةِ وَالْمِسْكِينِ كَالْمُجَاهِدِ فِي سَبِيلِ اللهِ أَوِ القَائِمِ اللَّيْلَ، الصَّائِمِ النَّهَارَ.
Artinya: “Orang yang berusaha menghidupi para janda dan orang-orang miskin, laksana orang yang berjihad di jalan Allah, atau seperti orang yang berpuasa di siang hari dan menegakkan shalat di malam hari.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari hadits ini jelas terlihat, menafkahi janda termasuk amal yang berpahala besar. Bahkan dalam riwayat lain, menikahi janda dengan anak yatim disamakan dengan berjihad di jalan Allah.
Jadi, bila niat menikahi janda adalah ibadah untuk melindungi dan menafkahi, pahala yang dijanjikan sungguh berlipat ganda.
Menikahi Janda vs. Menikahi Gadis: Mana yang Lebih Utama?
Nah, di sinilah sering muncul pertanyaan, lebih baik menikahi gadis atau janda? Rasulullah SAW pernah menganjurkan menikahi gadis karena lebih mudah menumbuhkan rasa kasih sayang dan keakraban. Dalam hadits disebutkan:
“Menikahlah dengan gadis, karena ia lebih manis dalam bercengkerama dan lebih mudah menyenangkan hatimu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Namun, ini tidak berarti menikahi janda kurang utama. Justru, menikahi janda bisa menjadi amal besar, terutama jika ia membutuhkan perlindungan dan nafkah.
Bahkan dalam beberapa kondisi, menikahi janda justru lebih maslahat karena kedewasaannya, kemampuannya mengelola rumah tangga, serta kesiapannya mendidik anak.
Jadi, pilihan menikah dengan gadis atau janda sebaiknya disesuaikan dengan niat, kesiapan, dan tujuan membangun keluarga yang diridhai Allah SWT.
Baca Juga: Bukan Hanya Materi! Ini Persiapan Wajib untuk Laki-Laki Sebelum Menikah
Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, ada beberapa poin penting yang bisa dirangkum:
- Islam memandang pernikahan dengan janda sebagai ibadah bila diniatkan tulus untuk menafkahi dan melindungi.
- Pahala menikahi janda sangat besar, setara dengan berjihad, berpuasa, atau shalat malam.
- Rasulullah SAW memberi teladan dengan menikahi janda, meski tetap menekankan keutamaan menikahi gadis dalam kondisi tertentu.
- Keputusan menikahi gadis atau janda tidak bisa diukur dari statusnya saja, melainkan niat, tujuan, dan maslahat yang ingin dicapai.
Pada akhirnya, pahala menikahi janda memang besar, terutama bila diniatkan untuk ibadah dan perlindungan.
Nah, jika ingin mendapat pahala serupa tanpa harus menunggu kesempatan menikah, kita bisa melakukannya dengan bersedekah atau donasi di Rumah Zakat, agar keberkahan itu terus mengalir menjadi amal jariyah.