Jangan Sampai Salah! Ketahui Perbedaan Antara Ghibah dan Kritik

oleh | Nov 15, 2025 | Inspirasi

Ada satu kebiasaan manusia yang sulit dilepaskan sejak dulu, yaitu membicarakan orang lain. Kadang terjadi tanpa disadari, kadang muncul karena suasana terlalu nyaman untuk saling bertukar cerita.

Namun dalam ajaran Islam, urusan lisan bukan hal sepele. Ada tanggung jawab besar yang menyertainya, terutama ketika pembicaraan itu menyangkut kehormatan seseorang.

Di sinilah pentingnya memahami batas antara ghibah dan kritik. Dua hal yang tampak mirip dalam praktik, tetapi sangat berbeda dalam nilai. Salah langkah sedikit saja, percakapan yang awalnya terasa ringan bisa berubah menjadi dosa yang berat.

Nah, di artikle kali ini Rumah Zakat akan membahas hal ini lebih lanjut. Yuk, simak terus!

Definisi Ghibah menurut Islam

Sebelum masuk lebih jauh, perlu mengenali dulu apa itu ghibah menurut syariat. Jadi, dalam ajaran Islam, ghibah berarti menyebut sesuatu tentang saudara muslim yang ia tidak suka bila didengar, meski hal tersebut benar adanya.

Rasulullah SAW bersabda:

“Ghibah adalah engkau menyebutkan tentang saudaramu sesuatu yang ia benci.”
(HR. Muslim)

Situasi ghibah bisa muncul dalam banyak bentuk. Misalnya membicarakan kekurangan fisik seseorang, membahas aib keluarga, atau mengomentari kesalahan kecil yang tidak memiliki manfaat apa pun.

Hal-hal seperti ini sering terjadi di lingkungan kerja, obrolan keluarga, hingga pertemuan santai. Dampaknya pun tidak ringan; bisa merusak akhlak, memecah hubungan, dan membuat hati semakin jauh dari sifat tawadhu.

Sebagai gambaran, Al-Qur’an memberikan peringatan keras dalam QS. Al-Hujurat ayat 12:

وَلَا يَغۡتَب بَّعۡضُكُم بَعۡضًاۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمۡ أَن يَأۡكُلَ لَحۡمَ أَخِيهِ مَيۡتٗا فَكَرِهۡتُمُوهُۚ

“Dan janganlah sebagian kalian menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kalian memakan daging saudaranya yang sudah mati?”

Ayat ini saja sudah cukup menggambarkan betapa beratnya ancaman bagi pelaku ghibah.

Baca Juga: Jarang Disadari! Kebiasaan Merendahkan Orang Lain dalam Islam

Definisi Kritik yang Beradab dan Dibenarkan dalam Islam

Sebelum menghakimi sebuah nasihat sebagai ghibah, perlu dipahami bahwa kritik dalam Islam justru dianjurkan, selama dilakukan dengan cara yang benar. Kritik yang baik lahir dari niat untuk memperbaiki, bukan merendahkan. Tujuannya memberi manfaat, bukan mencari kesalahan.

Islam mengajarkan untuk menyampaikan kebaikan dengan hikmah. Salah satunya melalui firman Allah dalam QS. An-Nahl ayat 125:

ٱدۡعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِٱلۡحِكۡمَةِ وَٱلۡمَوۡعِظَةِ ٱلۡحَسَنَةِ

“Serulah ke jalan Tuhan dengan hikmah dan pelajaran yang baik.”

Contohnya ketika seseorang memberikan saran kepada temannya yang mulai lalai terhadap amanah pekerjaan. Kritik itu disampaikan perlahan, tanpa mempermalukan, dan disertai ajakan untuk memperbaiki diri bersama. Sikap seperti ini mencerminkan adab Islam yang meneduhkan.

Perbedaan Mendasar Antara Ghibah dan Kritik

Untuk memudahkan, perbedaan keduanya dapat dilihat dari tiga aspek paling sederhana:

1. Dari Sisi Niat

  • Ghibah: ingin melampiaskan kekesalan, menjatuhkan, atau sekadar memperbanyak cerita yang tidak bermanfaat.
  • Kritik: bertujuan memperbaiki keadaan atau memberikan jalan keluar.

2. Dari Sisi Cara Penyampaian

  • Ghibah: dibicarakan di belakang tanpa sepengetahuan orang yang dibicarakan.
  • Kritik: disampaikan langsung dengan cara yang lembut dan penuh kehati-hatian.

3. Dari Sisi Dampak

  • Ghibah: merusak hubungan, menambah keburukan dan dosa.
  • Kritik: membuka peluang perubahan positif dan mempererat silaturahmi.
AspekGhibahKritik
NiatMengumbar kekuranganMemberi perbaikan
CaraDi belakang orangnyaDisampaikan langsung
DampakMerusak hubunganMembangun hubungan

Dengan tabel sederhana seperti ini, siapa pun bisa lebih mudah mengenali arah percakapan. Cukup tanya diri sendiri: “Apakah ini akan membawa kebaikan?” Jika jawabannya tidak, lebih aman untuk diam.

Baca Juga: Ghibah dan Fitnah, Mengapa Harus Dihindari?

Tips Menghindari Ghibah dan Menerapkan Kritik yang Membina

Kadang muncul pertanyaan, “Lalu bagaimana cara menjaga lisan agar tetap berada di jalur yang tepat?” Jawabannya ada pada kebiasaan kecil yang dilakukan secara konsisten. Berikut panduan praktis yang lebih mudah diterapkan sehari-hari:

Cara Menghindari Ghibah:

  • Tahan cerita yang membuka aib, meski terasa ringan.
  • Alihkan obrolan ketika suasana mulai mengarah pada pembahasan pribadi seseorang.
  • Perkuat prasangka baik agar tidak mudah terpancing obrolan negatif.

Cara Menyampaikan Kritik yang Membina:

  • Pastikan niatnya ingin memperbaiki, bukan meluapkan emosi.
  • Pilih waktu yang tenang dan sampaikan dengan nada lembut.
  • Sertakan solusi agar kritik terasa seperti bantuan, bukan penilaian.

Bagian ini sekaligus menjadi pengantar menuju kesimpulan agar seluruh pembahasan lebih mudah dicerna menyeluruh.

Kesimpulan

Jadi, memahami perbedaan antara ghibah dan kritik bukan semata-mata perkara teori. Ada perjalanan batin di dalamnya: menjaga lisan, melatih hati, dan menempatkan niat di tempat yang benar.

Ghibah hanya menambahkan gelap dalam kehidupan sosial, sementara kritik yang konstruktif dapat menjadi cahaya bagi orang lain.

Ketika mampu membedakan keduanya, setiap kata yang keluar akan terasa lebih terarah dan penuh manfaat. Ini adalah bagian dari adab seorang muslim dalam menjaga hubungan, baik kepada sesama ataupun kepada Allah SWT.

Nah, sebagai langkah kecil menambah kebaikan, Rumah Zakat selalu membuka kesempatan bagi siapa pun yang ingin menyalurkan sedekah atau berbagi kepada yang membutuhkan.

Kalkulator Zakat

Hitung zakat Anda secara akurat dengan kalkulator zakat kami

Donatur Care

Silakan cek riwayat donasi Anda disini

Link Terkait