Setiap kali bencana datang, suasana biasanya berubah dalam sekejap. Ada yang panik, ada yang sibuk mencari informasi, dan ada pula yang tak henti bertanya “kenapa bisa terjadi?”. Reaksi seperti ini wajar, sebab fitrah manusia selalu ingin memahami apa yang sedang menimpanya.
Namun dalam pandangan Islam, musibah tidak pernah berdiri sendirian, selalu ada hikmah, pesan, dan pengingat di baliknya.
Dalam kondisi seperti ini, justru sikap seorang Muslim sedang diuji. Apakah tetap tenang? Apakah mampu menahan diri dari menyalahkan? Atau justru menjadikan musibah sebagai momen muhasabah? Nah, di artikel ini Rumah Zakat akan membahasnya lebih lanjut. Yuk, simak!
Memahami Bencana sebagai Ujian dari Allah
Sebelum masuk ke sikap-sikap yang seharusnya ditunjukkan, ada baiknya memahami terlebih dahulu bagaimana Islam memandang bencana.
Dalam Al-Qur’an, Allah sudah mengingatkan bahwa ujian adalah bagian dari sunnatullah. Salah satu ayat yang paling sering dibacakan ketika musibah terjadi adalah QS Al-Baqarah: 155–157:
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ ۗ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ
“…Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.”
Ayat ini membuat banyak orang bertanya, “Apakah bencana selalu berarti azab?” Jawabannya: tidak selalu. Dalam banyak kondisi, musibah justru menjadi pengingat agar manusia kembali kepada jalan Allah, memperbaiki diri, dan melihat ulang hubungan antara manusia dengan lingkungan.
Sebab bencana juga bisa menjadi alarm untuk muhasabah, mengingatkan bahwa kerusakan di muka bumi sering kali lahir dari kelalaian manusia sendiri, seperti yang disebutkan dalam QS Ar-Rum: 41:
ظَهَرَ الۡفَسَادُ فِى الۡبَرِّ وَالۡبَحۡرِ بِمَا كَسَبَتۡ اَيۡدِى النَّاسِ لِيُذِيۡقَهُمۡ بَعۡضَ الَّذِىۡ عَمِلُوۡا لَعَلَّهُمۡ يَرۡجِعُوۡنَ
“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”
Maka, alih-alih memandang musibah sebagai hukuman, lebih tepat jika memahaminya sebagai jalan pulang untuk memperbaiki hati dan tindakan.
Baca Juga: Alam Rusak, Musibah Datang? Ini Pelajaran dari Banjir yang Terjadi Akhir-Akhir Ini
Sikap Utama Sebagai Seorang Muslim
Beberapa sikap berikut bukan hanya dianjurkan, tetapi juga dicontohkan oleh Rasulullah SAW ketika menghadapi musibah.
1. Bersabar dan Bertawakal
Respon pertama yang dianjurkan adalah mengucapkan “Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un”. Kalimat ini bukan hanya ungkapan duka, tetapi pengakuan penuh bahwa semua berasal dari Allah dan akan kembali kepada-Nya. Sikap ini membantu menenangkan hati, mencegah lahirnya keluhan, dan menahan diri dari menyalahkan siapa pun.
2. Beristigfar dan Bertaubat
Tidak sedikit ulama yang mengingatkan bahwa musibah sering kali menjadi tanda agar manusia memperbanyak istighfar. Ada yang bertanya, “Mengapa harus istighfar padahal musibah bukan selalu akibat dosa?” Jawabannya sederhana: istighfar memperbaiki hubungan dengan Allah sekaligus membersihkan hati agar lebih siap menerima takdir apa pun.
3. Ikhlas Menerima
Allah berfirman dalam QS An-Nisa: 78 bahwa apa pun yang menimpa seseorang sudah berada dalam ketetapan-Nya. Ikhlas bukan berarti pasrah tanpa usaha, tetapi menerima kenyataan dengan hati lapang sambil tetap mencari solusi terbaik.
Aksi Nyata yang Bisa Dilakukan
Setelah sikap batin terbentuk, langkah berikutnya adalah bagaimana seorang Muslim bergerak sebagai aksi nyata.
1. Membantu Sesama dengan Tenaga, Logistik, atau Doa
Rasulullah SAW pernah mengumpamakan umat Islam seperti satu tubuh. Jika satu bagian sakit, bagian lain ikut merasakannya. Itulah mengapa ketika bencana datang, membantu korban, baik dengan tenaga, pangan, obat, atau doa, menjadi amalan yang sangat besar nilainya.
2. Menghindari Tindakan yang Memperburuk Keadaan
Dalam situasi genting, terkadang muncul tindakan-tindakan yang justru menambah kerusakan, seperti syirik, menyebar hoaks, atau mengambil kesempatan pribadi. Pada bagian ini, Islam menuntun agar tetap rasional, tetap berpegang pada ilmu, dan tetap menjaga lingkungan sekitar agar tidak menambah bahaya.
Baca Juga: Sesuai Ajaran Rasulullah! Amalkan Doa Ini Ketika Tertimpa Musibah
Kesimpulan
Jadi, bencana memang selalu membawa cerita yang tidak mudah. Namun dalam ajaran Islam, musibah justru mengajarkan agar hati tetap stabil, lisan tetap terjaga, dan tubuh tetap siap membantu. Sabar, istighfar, gotong royong, dan muhasabah menjadi empat pilar utama yang membuat seorang Muslim tetap berdiri teguh dalam keadaan apa pun.
Musibah yang awalnya menakutkan dapat berubah menjadi ladang pahala jika disikapi dengan benar. Dan dalam proses menghadapi bencana, selalu ada ruang untuk menebar kebaikan, termasuk melalui sedekah, infak, atau donasi melalui Rumah Zakat sebagai bentuk kepedulian kepada sesama.

