Tidur adalah momen istirahat yang dinantikan setelah seharian beraktivitas. Namun, pernahkah terpikir bagaimana pandangan Islam terhadap kebiasaan tidur tanpa busana atau dalam keadaan telanjang bulat? Sebagian orang melakukannya demi kenyamanan atau karena faktor cuaca, tapi bagaimana hukumnya dalam syariat Islam?
Dalam Islam, tidur bukan hanya urusan kenyamanan tubuh, tapi juga bagian dari adab dan akhlak seorang muslim terhadap dirinya sendiri. Karena itu, pembahasan ini menarik untuk dikupas, tidak hanya dari segi hukum, tapi juga dari sisi adab, aurat, dan pengecualian yang dibolehkan.
Nah, di artikel kali ini, Rumah Zakat akan membahas secara tuntas tentang tidur tanpa busana menurut Islam, mulai dari hukumnya, adab menjaga aurat, hingga kondisi yang menjadi pengecualian. Yuk, simak terus!
Hukum dan Adab Menjaga Aurat saat Sendirian
Sebelum masuk ke pembahasan lebih dalam, penting untuk memahami bahwa menjaga aurat adalah bagian dari kehormatan diri. Bahkan ketika sedang sendirian, Islam tetap menganjurkan umatnya untuk menutup aurat sebagai bentuk rasa malu dan penghormatan terhadap nikmat tubuh yang diberikan Allah SWT.
Mayoritas ulama berpendapat bahwa seseorang wajib menutup aurat meskipun sendirian di kamar dan tidak ada yang melihatnya. Dasarnya berasal dari sabda Rasulullah SAW:
“Jagalah auratmu kecuali terhadap istrimu atau budak yang kamu miliki.”
(HR. Abu Dawud, no. 4017)
Sebagian ulama menilai bahwa hukum tidur tanpa busana adalah makruh, yakni tidak dianjurkan, karena dikhawatirkan aurat terbuka ketika bergerak dalam tidur.
Al-Sayyid Said Al-Syarqawi dari Universitas Al-Azhar juga menegaskan bahwa sebagian besar ulama mengharamkan tidur telanjang bulat, meski sendirian, dan lebih utama tetap menutup aurat saat tidur.
Dengan kata lain, Islam menempatkan rasa malu bukan hanya saat dilihat orang lain, tapi juga saat sedang sendiri, karena Allah SWT Maha Melihat di setiap waktu.
Anjuran yang Lebih Utama (Pendapat Mayoritas Ulama)
Setelah memahami hukum dasarnya, kini mari menilik sisi anjurannya. Dalam banyak kitab dan penjelasan ulama, menutup aurat saat tidur merupakan bagian dari adab Islami yang menunjukkan rasa hormat pada diri sendiri dan penghormatan kepada Allah SWT.
Tidur dalam keadaan berpakaian sopan juga dinilai lebih membawa keberkahan dan ketenangan batin. Meskipun secara hukum tidur tanpa busana bisa mubah (boleh) dalam kondisi tertentu, seperti di kamar sendiri tanpa ada orang lain, tetap lebih baik menjaga adab dengan memakai pakaian minimal yang menutup aurat.
Mengapa begitu? Karena dalam Islam, setiap hal kecil sekalipun bisa bernilai ibadah jika dilakukan dengan adab. Maka, menutup aurat bukan sekadar kewajiban, tapi juga wujud pengamalan nilai ihsan, yaitu beribadah seolah-olah melihat Allah SWT , dan jika tidak bisa, yakinlah bahwa Allah SWT melihat kita.
Baca Juga: 5 Amalan Sunnah Sebelum Tidur yang Membawa Pahala Besar
Pengecualian: Konteks Suami dan Istri
Lalu, bagaimana jika konteksnya dalam rumah tangga? Dalam hal ini, Islam memberikan pengecualian yang jelas.
Dalam hubungan suami dan istri, tidur tanpa busana diperbolehkan sepenuhnya. Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya aurat tidak boleh dilihat kecuali oleh pasangan suami istri.”
(HR. Ibnu Majah, no. 1920)
Artinya, aurat antara suami dan istri bukanlah hal yang perlu disembunyikan, karena keduanya halal satu sama lain. Bahkan, momen seperti ini justru bisa menjadi bentuk kasih sayang dan keintiman yang sah di sisi agama.
Namun tentu saja, meskipun diperbolehkan, Islam tetap mengajarkan untuk menjaga kesopanan dan privasi. Menutup pintu, mematikan lampu, dan memastikan tidak ada orang lain di sekitar ruangan tetap menjadi adab penting dalam rumah tangga muslim.
Adab Tidur Sesuai Sunnah
Selain persoalan aurat, Islam juga memiliki tuntunan adab tidur yang diajarkan Rasulullah SAW. Adab-adab ini bukan hanya meningkatkan kualitas tidur, tapi juga menjaga hati dan jiwa agar tetap tenang.
Imam al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin menyebutkan beberapa adab tidur yang sebaiknya dijaga:
- Bersuci (berwudhu) Sebelum Tidur.
Ini menjaga diri dari gangguan setan dan membawa ketenangan hati. - Tidur dengan Posisi Miring ke Kanan.
Rasulullah SAW mencontohkannya karena lebih baik bagi kesehatan dan sunnah. - Berzikir dan Berdoa Sebelum Tidur.
Dzikir menutup hari dengan mengingat Allah SWT. - Berdoa Saat Bangun Tidur.
Tanda syukur karena masih diberi kehidupan untuk memperbaiki diri.
Adab-adab ini membuat tidur tidak hanya sekadar istirahat, tetapi juga bentuk ibadah kecil yang bernilai pahala jika diniatkan karena Allah SWT.
Baca Juga: Tidur Tengkurap dalam Islam, Apakah Boleh? Yuk, Simak Penjelasannya!
Kesimpulan
Jadi, dari berbagai pendapat ulama, dapat disimpulkan bahwa tidur tanpa busana dalam Islam hukumnya tidak dianjurkan, bahkan cenderung makruh, meski dilakukan sendirian.
Sebab, aurat adalah bagian yang wajib dijaga setiap saat. Namun, dalam konteks suami istri, tidur tanpa busana diperbolehkan, karena aurat keduanya halal untuk dilihat satu sama lain.
Yang lebih utama tetaplah menutup aurat saat tidur, mengikuti adab dan sunnah Rasulullah SAW. Selain menjaga kehormatan diri, hal ini juga membawa keberkahan dan rasa tenang dalam istirahat. Tidur pun bukan sekadar rutinitas, tapi menjadi bagian dari ibadah harian yang bernilai pahala.
Dan sebagai pengingat, menjaga aurat juga bagian dari menjaga amanah Allah SWT atas tubuh kita. Sama seperti menjaga diri, berbagi kebaikan pun merupakan bentuk amanah yang harus dijalankan. Melalui Rumah Zakat, setiap kebaikan yang dilakukan menjadi jalan menuju keberkahan, di dunia dan akhirat.

