Gresik – Suara anak-anak mengaji terdengar setiap sore dari sebuah teras rumah sederhana di Desa Suci, Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik, Jawa Timur pada Rabu, (14/05/2025). Ada yang sedang melafalkan huruf hijaiyah, ada pula yang sedang melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an. Sebagian anak lain terlihat menunggu giliran mengaji, bahkan ada yang bermain-main di dekat kolam ikan kecil.
Inilah keseharian yang menghangatkan hati di TPQ Al Ihsan, sebuah tempat pendidikan Qur’an yang tumbuh dari teras rumah, namun memancarkan cahaya ilmu dan cinta Al-Qur’an ke sekelilingnya.
TPQ dari Teras Rumah, untuk Cahaya Hati Anak Negeri
Para santri TPQ Al Ihsan berasal dari anak-anak sekitar, mulai usia 4 hingga 14 tahun. Tidak hanya dari Desa Suci, beberapa juga datang dari desa tetangga yang jaraknya tidak jauh. Meski hanya mengandalkan teras rumah sebagai tempat belajar, para orang tua tetap percaya bahwa TPQ ini memberikan pendidikan akhlak dan ilmu agama yang bermakna bagi putra-putri mereka.
Metode Tarjim: Mengenal Al-Qur’an Lebih Dalam
TPQ Al Ihsan punya pendekatan unik dalam proses belajarnya. Salah satunya adalah Tarjim, yaitu metode mengenalkan arti kata-kata dalam Al-Qur’an dari bahasa Arab ke Bahasa Indonesia. Santri tidak hanya belajar membaca, tetapi juga mulai memahami isi surat-surat pendek, yang harus dihafalkan dan diulang setiap hari.
Metode ini menjadikan anak-anak tidak hanya fasih membaca, tetapi juga lebih mencintai dan menghayati makna Al-Qur’an sejak dini.
Para Pengajar Ikhlas, Berkompeten, dan Berdedikasi
TPQ Al Ihsan saat ini memiliki tiga orang pengajar, semuanya telah lulus Syahadah 1, sebuah sertifikasi kompetensi dalam metode Tilawati, yang diakui secara nasional untuk pengajaran Al-Qur’an.
Meski honor yang diterima sangat kecil, mereka tetap istiqamah dan bahkan sering mengikhlaskan sebagian penghasilan untuk membantu menutupi iuran santri yatim dan dhuafa yang tidak mampu membayar.
“Kami tetap mengajar dengan senang hati, karena ini adalah jalan dakwah. Dan alhamdulillah kami dipertemukan dengan Rumah Zakat yang sudah banyak membantu,” ujar Asih, salah satu guru yang fokus mengajar santri usia 4–6 tahun.
Meskipun TPQ Al Ihsan sudah memiliki legalitas, mereka belum pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah karena syarat utama bantuan adalah memiliki bangunan khusus TPQ. Sementara kegiatan TPQ ini masih menggunakan rumah pribadi.
“Kami sudah pernah mengajukan, tapi karena masih di teras rumah, bantuan tidak bisa cair. Maka kami berdoa saja, semoga Allah beri jalan lain,” ucap Hapy Yuliana, Kepala TPQ Al Ihsan, dengan senyum penuh harap.
Rumah Zakat hadir mendukung TPQ Al-Ihsan dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar Al-Quran dan tilawah.
Newsroom
Nikmatul Jannah/Difa Lavianka