Assalamu?alaikum wa rahmatullahi wa barokatuh
Alhamdulillah, Innalhamdalillah, Allahumma shalli ?ala Muhammad
Salam Perubahan, Bisa … Bisa … Bisa … Harus Bisa!
Sobat Zakat yang dimuliakan Allah,
Tamu agung Ramadhan telah meninggalkan kita, rasa sedih harus kita tanamkan ketika berpisah dengan sang tamu agung. Rasul yang kita muliakan dan teladani, menangis tersedu-sedu saat Ramadhan semakin ke penghujungnya.
Ada sebuah sms menarik yang mampir ke hp saya ketika salah seorang amil mempertanyakan apakah boleh menerima hadiah dari donatur, mengingat interaksi dengan stakeholder lembaga saat Ramadhan begitu intensif. Dan jawabannya adalah tidak, berlandaskan pada hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud yang menyatakan bahwa Baginda Nabi bersabda: ?Bagaimanakah seorang petugas yang diutus, kemudian dia datang sambil berkata: ?Ini untuk kamu dan yang ini dihadiahkan untuk aku. Tidakkah bila dia duduk di rumah ibunya atau ayahnya saja, lalu dia menunggu-nunggu; apakah dia diberi hadiah atau tidak? Tidaklah seseorang daripada kamu yang membawa sesuatu daripada harta yang didapatinya itu (riswah) melainkan di hari kiamat harta itu datang, jika (harta itu) seekor unta, unta itu akan melengguh, atau seekor lembu, lembu itu akan menguak, atau seekor kambing, kambing itu akan mengembik?. Sebuah indikasi yang jelas bahwa tidak menerima hadiah dari donatur atau mitra adalah bagian dari profesionalitas seorang amil sebagaimana sudah tercantum jelas dalam ?Kode Etik Perilaku Amil?.
Daripada memikirkan imbalan, sudah semestinya kita mulai menapaki jadwal dan agenda untuk khusyuk beribadah yang masih terbentang luas. Problematika masyarakat yang menantikan oase agar keluar dari keterpurukkan dalam ketidakberdayaan mengajak setiap kita untuk mulai menggelar rangkaian aksi nyata. Ini sejalan dengan misi menyuarakan kepada para pimpinan negara untuk segera menuntaskan kemiskinan. Masih dalam nuansa lebaran, tanggal 17 Oktober 2007, Rumah Zakat Indonesia pun berpartisipasi dalam Kampanye Bangkit dan Suarakan. Sebuah gerakan yang menyerukan anti pemiskinan serta pencapaian tujuan pembangunan milenium agar semua yang melihat dan terlibat semakin tergerak untuk peduli terhadap fenomena kemiskinan, sehingga puncaknya nanti menuai aksi nyata.
Jaringan Rumah Zakat Indonesia di 16 kota di Jawa dan Sumatera turut bangkit dan menyuarakan anti pemiskinan dengan total 15.810 partisipan tercatat di akhir kegiatan. Semoga hal ini menjadi salah satu seruan yang benar-benar memberi arti bagi upaya pencapaian tujuan milenium di Indonesia.
Agenda besar selanjutnya adalah hari raya Idul Qurban, yang lagi-lagi menjadi momentum pemberdayaan gizi nusantara. Betapa tidak, cita-cita untuk menambah keberlangsungan manfaat daging qurban setahap demi setahap semakin terlihat, dengan terdistribusikannya kornet Superqurban hingga ke berbagai pelosok negeri. Kornetisasi daging qurban berbuah bantuan pangan bagi daerah minus, kawasan rawan gizi, hingga ke lokasi-lokasi bencana. Potensi luar biasa protein hewani tentu sangat mubazir jika habis dalam sepekan. Milyaran rupiah (Trilyun??) untuk prosesi qurban baik pengadaan hewan maupun operasional seakan habis dalam sekejap, yang sebenarnya bisa dicadangkan untuk pembinaan masyarakat secara berkelanjutan.
Terakhir, tentu semua kebangkitan & keberdayaan masyarakat baik hasil dari Kampoeng Ramadhan maupun Superqurban merupakan kontribusi nyata Sobat Zakat semua. Semoga seluruh rangkaian pemberdayaan tersebut menjadi catatan amal kebaikan bagi kita semua. Menambah berat timbangan yang akan menghantarkan kita menuju Jannah-Nya, menghindarkan kita dari dahsyat siksa di Naar-Nya. Karena Sobat Zakat, jarak Jannah dan Naar hanya setipis rambut dibelah tujuh … ***
Wassalammualaikum Wr. Wb.